Sekecil Apapun Dosa Sudah Cukup Mendatangkan Siksa Kubur
Semua orang yang punya dosa, dan tidak sempat bertaubat di dunia, maka sudah cukup mendatangkan adzab kubur padanya. Walaupun dia belum tentu masuk ke neraka. Karena untuk masuk keneraka, harus ada timbangan amal di hari kiamat.
Beda kalau orang kafir dan orang musyrik, orang munafik, itu tidak ada lagi timbangan amal. Mereka sudah langsung di seret ke api neraka.
Di timbang amalnya ini adalah orang-orang yang beriman kepada Allah tapi masih punya dosa, makanya di timbanglah amalnya. Melalui timbangan inilah nanti di lihat jika amal baiknya lebih banyak, maka dia masuk surga. Kalaupun amal buruknya lebih banyak, masih di lihat lagi. Apakah Allah masih mau memaafkan dia, atau dia masih bisa kah mendapatkan syafaat dari saudara-saudaranya, kerabatnya, keluarganya, atau Rasulullah SAW sendiri. Jadi dia bisa saja selamat ke surga.
Jadi untuk masuk ke neraka itu butuh proses. Tapi adzab kubur, tidak ada prosesnya.
Siapapun meninggal, punya dosa, hati-hati, sekecil apapun dosa sudah cukup mendatangkan siksa kubur, walaupun belum tentu dia masuk ke neraka. Jadi dosa jangan di anggap remeh.
Ada kisah yang sangat mahsyur yang berhubungan dengan masalah ini adalah kisah Ustman Bin Affan ra. yang pernah menziarahi kuburan lalu terisak-isak menangis seperti anak kecil. Lalu beberapa temannya di jaman kekalifahannya berkata, “wahai amirul mukminin, kenapa anda menangis melihat kuburan? Padahal Nabi SAW sudah menjamin anda surga. Dan anda ini siapa, terkenal anak mantunya Nabi SAW, dapat jaminan surga yang disebutkan dari lisannya Nabi SAW langsung, Ustman di surga, di jamin, bagaimana bisa anda menangis seperti ini?”
Jawaban Ustman sangat bijak, yang beriman dan berilmu punya jawaban tepat. Dia mengatakan, “Rasulullah SAW menjamin bagiku surga, tapi tidak menjamin bagiku selamat dari siksa kubur.”
Maka pemahaman yang di pahami oleh para ulama dari statmen Ustman tadi, ‘sekecil apapun dosa sudah cukup mendatangkan siksa kubur.’
Mulai sekarang, jangan menunda untuk minta maaf pada orang lain jik ada salah.
Jangan tunda untuk mengembalikan haknya orang lain.
Jangan pernah menganggap remeh dosa-dosa kecil.
Jangan tunda sama sekali.
Karena nanti kita akan lihat nanti, salah satu penyebab siksa kubur adalah tidak cebok saat kencing. Masalah kecil, yang di anggap kecil oleh orang.
Kata ulama, kalau masalah kencing saja sudah mendatangkan siksa kubur, bagaimana dengan buang air besar, bagaimana dengan orang junub tidak mandi, bagaimana dengan hal-hal yang lebih besar lagi. Karena memahami hukum syar’i, kalau hal-hal kecil saja di larang, berarti hal besar lebih pantas untuk di larang. Kalau hal hal-hal kecil saja di mendatangkan adzab, berarti hal besar lebih pantas untuk mendatangkan adzab.
Begitupun juga, kalau amal ibadah kecil saja kita kerjakan sudah mendapatkan pahala yang besar, bagaimana dengan amal yang wajib, dan amal besar yang kita kerjakan. Kalau umrah pahalanya besar, berarti haji lebih besar. Kalau sholat sunnah, misal tahajud besar pahalanya, maka sholat wajib lebih besar pahalanya. Dan seterusnya.
Setiap orang tak terlepas dari dosa, maka mulai sekarang, jangan tunda bertaubat kepada Allah.
Jangan tunda meminta maaf kepada orang lain.
Jangan tunda mengembalikan haknya kepada orang lain.
Kalau pernah mengambil barang orang, kembalikan.
Kalau tidak sedekahkan sejumlah itu.
Jangan menunggu kalau Idzul Fitri baru minta maaf, tidak ada perintah dalam agama seperti itu.
Sebelum pejamkan mata nanti malam, minta maaf semua.
Semua selesaikan, jangan ada masalah.
Jangan sampai ada musuh.
Dan orang yang cerdas adalah orang yang tidak menyiapkan musuh di hari kiamat.
Jangan pernah siapakan musuh, siapapun dia.
Jangan pernah caci maki orang lain.
Janga pernah anggap remeh orang lain.
Hasan Basri rm. pernah ditanya, tentang definisi tawadhu’, “jangan kau lihat siapapun muslim didepan matamu, kecuali kau sudah langsung menanamkan didalam dirimu bahwa dia lebih baik daripada kamu.”
Siapapun dia. Meski dia cuma mungut-mungut sampah di pinggir jalan, mau dia cuma ini, dia cuma itu, tetap kita harus menganggap dia lebih baik daripada kita. Sehingga tidak ada celah bagi kita untuk menganggap diri kita lebih baik dari orang lain. Sehingga tidak ada celah bagi kita untuk muncul sifat sombong.
Dalam hadist jelas, “siapa dalah hatinya ada seberat biji sawi dari sifat kesombongan, maka tidak akan mencium bau surga.” Berat bukan? Makanya kita harus merendah.
Coba renungkan lagi teman-teman, berapa banyak sandal yang kalian injak.
Berapa banyak air wudhu yang kepercik ke orang lain.
Berapa banyak ini.
Berapa banyak itu.
Berapa banyak menganggap remeh mengambil barang orang lain karena merasa punya teman sendiri.
Hati-hati kawan, adzab kubur datang pada siapapun yang masih punya dosa.
Dosa ada hubungannya dengan Allah SAW, dan ada hubungannya dengan mahkluk. Kalau ada hubungannya dengan Allah SAW, kita bertaubat kepada Allah, Allah Maha Pemurah. DIA akan terima taubat hamba-hambanya, asal ikhlas. Tapi dengan mahkluk, tidak semudah itu.
Mencuri,
Menggunjing,
Memfitnah,
Mengambil,
Memakan haknya,
Merusak namanya orang lain,
Ini tidak semudah bayangan. Selain meminta maaf kepada Allah, kita harus meminta maaf kepada orangnya langsung. Hal ini yang tidak boleh di tunda.
Dalam al-Anfaal ayat 50-51;
“Kalau kamu melihat ketika Para Malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir, seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): ‘Rasakan olehmu siksa neraka yang membakar. (Tentulah kamu akan merasa ngeri) (QS. 8:50) Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya.” (QS. 8 : 51) (al-Anfaal: 50-51)
Kata ulama tafsir yang dimaksud adalah, pada saat dicabut ruhnya, dihantam wajah dan pantatnya, kemudian dirasakan rasa panas. Kemudian pada saat dimasukkan kekuburan, dia akan merasakan panasnya api. Sampai, dibangkitkan pada hari kiamat. Ini makna tafsir dari ayat.
Juga dihubungkan dengan yang lain adalah, Allah menutup ayat ini dengan berkata, “itu karena perbuatan tangan kalian sendiri.”
Kata ulama tafsir, Allah dengan kemurahan-Nya, walaupun orang kafir, Fir’aun, menantang Allah dan menganggap dirinya Tuhan, masih di dakwahi. Dan sampai detik terakhir, sebelum dia ditenggelamkan, dia masih di beri kesempatan untuk bertaubat.
Kata Nabi SAW, “tidak ada orang yang masuk neraka kecuali orang yang bobrok.”
Karena sampai dia mau meninggal, sinyal Allah terus datang untuk bertaubat.
Baik dari lisannya orang lain kah.
Fenomena yang terjadi kah.
Ada saja.
Orang yang cerdas harus mengambil pelajaran. Para ulama mengatakan, “setiap adzab Allah yang besar akan datang, Allah selalu mendatangkan adzab yang kecil dulu sebagai peringatan.”
Misal, seperti yang pernah terjadi di Mesir, sebelum hotel tempat maksiat rubuh, dan orang-orang di dalamnya terbongkar aibnya karena dia berzina, dan akhirnya banyak orang yang melihatnya, maka pada saat dia mau berzina, Allah sudah menanamkan rasa takut padanya. Rasa khawatir ketahuan sebelum melakukannya.
Tangkap gak sinyal itu?
Enggak. Tetap ngotot jalan.
Setelah itu Allah buat pasangannya telpon, temannya telpon, tetap juga gak di tangkap sinyalnya.
Maka mungkin digrebek saat dia sedang melakukan zina, kemudian ketahuan, kemudian di publikasikan, masih juga tidak mau bertaubat. Kemudian Allah bongkar aibnya lebih besar lagi dengan mendatangkan gempa. Akhirnya rubuh sebuah hotel yang memang selalu di pakai untuk zina. Dan orang-orang yang sedang berzina, meninggal dalam posisi sedang melakukan zina dan mereka tidak rusak badannya. Sementara hotelnya hancur.
Itulah contoh Allah mendatangkan peringatan yang kecil, sebelum datang yang besar.
Allah juga mendatangkan keimanan yang besar, setelah kita mendatangi keimanan-keimanan yang kecil. Berbuat dulu amal-amal shalih, terus kita jaga, kemudian akan datang keimanan yang besar sekali. Yang akhirnya kemudian kita sudah siap untuk berkorban betul-betul di jalan Allah SWT. Jadi ini maksud firman Allah tadi dalam surat Al-Anfaal: 50-51 adalah perbuatan tangan kalian sendiri.
Sebelum meninggal, sebenarnya kita masih bisa selamat dari adzab kubur,
dari adzab akhirat,
dari siksaan malaikat dari pencabut ruh,
asal memang kita dasarnya sudah bertaubat.
Dalam surat An’Am 93-94 yang berbunyi“93. dan siapakah yang lebih zalim (zalim disini kata para ulama termasuk kafir dan fasik-muslim yang banyak dosanya dan belum sempat bertaubat) daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, Padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” Alangkah dahsyatnya Sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang Para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (maksudnya setiap di ingatkan “ini Allah larang loh”, “ah gapapa”, ini Allah perintahkan loh”, “yasudah kamu saja yang kerjain”dan selalu berkata yang tidak benar), dan juga kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. 94. dan Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu (rumah, kendaraan dan seterusnya); dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa’at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu (mana teman-teman, mana jin yang disekutukan, mana jimat-jimat yang dipakai, kata Allah, “tidak ada mereka semuanya). Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).” (al-An’am: 93-94)
Kemudian surah At-taubah 101 yang berbunyi, “Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali (dialam barzah dan di alam akhirat) kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.”
Belum ada Komentar
Posting Komentar