Kita di Ciptakan di Dunia Untuk di Uji
Sesungguhnya kehidupan dunia ini penuh dengan ujian. Allah SWT telah menekankan hal ini dengan banyak ayat. Diantaranya :
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-'Insan : 2)"
Jadi memang Allah dari awal menciptakan kita adalah untuk di uji. Karenanya, seorang di atas muka bumi ini harus sadar bahwasanya adanya dia di dunia ini adalah sebagai bentuk ujian, apakah dia akan beriman dan bersyukur, ataukah dia akan menjadi kufur.
Semua orang pernah bersedih, atau sebagian dari mereka sedang bersedih. Tidak ada yang tidak pernah luput dari kesedihan. Dengan ujian yang bermacam-macam.
Ada yang di uji dengan hartanya, di beri ekonomi yang sulit, penuh dengan lilitan hutang.
Ada orang yang di uji dengan badannya, cacat, atau sakit-sakitan, atau tubuh yang tidak sempurna. Kemudian ada juga wanita yang di beri kesedihan karena bertahun-tahun sudah menikah tapi tidak memiliki anak. Sementara wanita lain juga sedih memiliki anak yang banyak tapi selalu menyusahkan dia. Selalu nakal, merepotkan dia.
Sebagian wanita terus menangis, sudah mencapai usia tua tidak mendapatkan suami. Sementara wanita yang lain selalu menangis karena mendapatkan suami yang selalu menyusahkan dia, selalu memukulnya, selalu meyedihkannya. Demikianlah namanya ujian beraneka ragam menimpa satu dengan yang lainnya. Tapi memang berbeda-beda, ada yang ujiannya sedikit ada juga yang ujiannya banyak.
Siapapun orangnya, mau kaya atau miskin pasti di uji. Bukan hanya orang miskin yang di uji. Orang kaya, para pejabat, mereka juga di uji. Mereka juga bersedih. Mereka juga menangis. Sedihnya mereka bukan seperti sedihnya orang miskin, yang masalahnya hanya berkutat besok makan apa, tapi lebih kompleks. Bahkan orang-orang terkenal sekalipun, mereka pun menangis. Bisa jadi tangisan mereka lebih banyak daripada kita.
Betapa sering kita melihat foto seorang pejabat, yang mungkin tersenyum dalam foto tersebut. Namun kita belum tahu bisa saja seyumnya penuh keterpaksaan. Bisa jadi senyumnya penuh dengan penderitaan.
Siapapun orangnya pasti di uji. Baik orang yang sholeh, ataupun yang tidak sholeh. Terlebih lagi Allah menjanjikan kepada orang yang beriman dengan ujian yang lebih berat.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, "Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." Surah Al-Ankabut ayat 2-3.
“Apakah kalian mengira kalian akan masuk surga? Sedangkan belum sampai kepada kalian, belum menimpa kalian apa-apa yang menimpa orang-orang yang sebelum kalian dari cobaan, dari ujian sampai Rasulullah shallallahu'alayhi wassalam dan orang-orang beriman bersama beliau mengatakan kapan datangnya pertolongan Allah? Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.” (QS al-Baqarah: 214)
Orang beriman justru dijanjian ujian oleh Allah SWT. Mereka akan di guncang dengan kesusahan dan penderitaan.
"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?" Beliau SAW menjawab: "Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalehannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun." (HR Bukhari).
Subhanallah, Allah mentakdirkan Nabi SAW adalah orang yang paling besar ujiannya. Ujian dalam segala bentuk ujian. Dari kecil sudah di uji. Lahir dalam kondisi tidak punya ayah. Kemudian ibunya pun meninggal. Hidup dalam kondisi miskin sejak kecil, sehingga harus mengembalakan kambing.
Di uji dengan harta. Nabi hidup dalam kondisi kesederhanaan. Bulan-bulan berlalu, istri istri nya tidak bisa memasak apapun di rumahnya. Rumah, dengan rumah yang sangat sempit. Mungkin cuma ukurang 4 x 5 meter. Dia juga terluka oleh kaumnya, sampai wajanya berlumuran darah. Adapun ujian penghinaan, ujian mental. Dikatakan pendusta, dikatakan tukang sihir, di katakan dukun, di katakan orang gila, dikatakan memutus silaturahmi. Segala julukan terburuk di jaman itu, di tempelkan kepada beliau.
Ujian kehilangan, Nabi juga di uji dengan meninggal Khadijah ra. Istri yang sangat dia cintai. Yang 25 tahun hidup bersama Nabi. Tidak pernah mengangkat suara di hadapan Nabi. Bagaimana tempat curhatnya selama ini, tempat mengadu karena intimidasi kaum musyrikin.
Kalau di bilang apakah Nabi pernah di tinggalkan oleh anaknya, maka hampir semua anak Nabi Muhammad meninggal. Hanya satu saja yang hidup, yaitu Fatimah ra. Abdullah meninggal, Qasim meninggal, Zainab meninggal, Ruqayah meninggal, Ummi Kultsum meninggal, dan yang terakhir Ibrahim meninggal di pangkuan Nabi SAW. Sampai Nabi menangis sambil berkata,
“Mata berlinang air mata, dan hati pun turut bersedih, tetapi kita tidak akan mengucapkan selain yang mendatangkan keridhoan dari Allah SWT. Demi Allah, wahai Ibrahim, kami sungguh berduka karenamu.”
Ujian sakit, Nabi di uji sakit 2 kali lipat dari manusia biasa. Kata Anas Ibn Malik ketika datang kepada Nabi SAW saat sakit, kemudian meletakkan tangannya di tubuh Nabi, merasakan panasnya sangat tinggi. “Ya Rasulullah, sesungguhnya engkau mengalami panas yang sangat panas.” Nabi menjawab, “sesunggunya kalau aku merasakan demam, aku merasakan 2 kali lipat dari yang kalian alami.”
Nabi pun di racun, sampai Nabi pun meninggal karena bekas racun yang di berikan oleh seorang wanita yahudi. Itu terjadi ketika di Khaibar, selama 3-4 tahun Nabi mengalami sakit karena racun tersebut. Puncaknya saat tahun 11 H, Nabi pun meninggal karena racun yang sudah terpendam.
Semua ujian sudah di lalui Nabi, tapi hanya satu yang tidak di uji kepada dia, yaitu kecacatan. Kenapa? Karena beliau seorang Nabi, agar tidak semakin menjadi hinaan oleh orang kafir dan musyrikin.
Jadi ketika kita di timpa musibah, kita harus mengingat bahwa ada orang yang jauh lebih alim, bertaqwa, dan sholeh melebihi siapapun di dunia ini, tetap terkena musibah, tetap terkena ujian. Dia lah Nabi SAW.
Suatu ketika ada seorang wanita yang meratapi anaknya yang meninggal dunia, Nabi pun mendatanginya. “Wahai fulanah, bersabarlah. Bertaqwalah kepada Allah.” Maka wanita itu marah, “pergi engkau dariku, engkau tidak merasakan apa yang aku rasakan, engkau tidak menerima musibah seperti yang aku terima.” Subhanallah, Nabi bukan cuma 1 anak yang meninggal, tapi 6 orang anak meninggal. Kemudian Nabi tetap menegurnya, dan dia sadar bahwasanya itu Nabi SWA. Wanita itu meminta udzur. Nabi SAW berkata, “Sesungguhnya kesabaran itu adalah pertama kali yang harus dilakukan tatkala seseorang di timpa musibah.”
Ada beberapa nasihat saat kita tertimpa musibah, yang pertama :
1. Namanya kehidupan, isinya ujian. Demikianlah tabiat dari kehidupan
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” QS. Al-Balad [90] : 4
Sejak dari lahir, kesusahan. Keluar dalam kondisi menangis, merangkak dan jatuh bangun baru bisa berdiri dan berjalan. Kemudian, saat sudah besar dia harus mencari kerja guna menyambung hidup. Itu pun entah di terima atau tidak saat melamar kerja. Di terima kerja pun, terkadang di marahin bosnya. Berangkat dan pulang kerja pun harus berjalan di bawah terik matahari.
Kemudian, kalau dia mau menikah, harus mengumpulkan uang untuk mahar. Kerja keras banting tulang. Lihat berapa banyak jomblo sekarang yang belum bisa menikah. Saat di tanya kenapa tidak menikah, mereka berasalan macam-macam. Tapi sebenarnya alasannya setiap jomblo sama, tidak punya uang yang cukup.
Itulah penderitaan yang bertubi-tubi, penderitaan yang belum bisa para jomblo hindari sampai sekarang.
Begitu sudah cukup uangnya untuk mahar, kemudian melamar pujaan hatinya, tapi di tolak. Itu adalah penderitaan berikutnya. Ketika di terima lamarannya pun, belum tentu pujaan hatinya seperti harapan. Ternyata justru menambah ‘amal sholeh’ untuk lebih bersabar lagi (terhadap ujian). wanitanya tiap hari kerjanya ngomel, banyak tuntutan ini itu. Ternyata dapat mertua yang tidak baik juga, banyak menuntut, terkadang menghina.
Dari anak pun juga sama, dia harus mengurusnya dari kecil sampai besar. Butuh biaya susu, sekolah, pakaian, makan, kendaraan, dll. Anak-anaknya nuntut ini itu setengah mati, tidak tahu bagaimana bapaknya kerja keras setengah mati. Saat besar pun tak sesuai kenyataan, terkadang menjadi anak yang durhaka. Ujian lagi. Ini lah kehidupan.
Disela sela itu dia sakit, terkadang juga gembira. Terkadang bertemu dengan orang-orang yang dia cintai, terkadang dipisahkan juga dengan orang-orang yang dia cintai. Kalau umur dia panjang, dia akan melihat orang-orang yang dia cintai meninggal sebelum dia. Kalau umur dia pendek, maka dia juga akan di tangisi oleh orang-orang yang mencintai dia.
Imam Ahmad di tanya, “kapan seseorang beristirahat” Jawab beliau, “sampai dia menginjakkan kakinya di surga, baru dia istirahat.”
Orang kaya, terkadang susah dengan kekayaannya. Pemilik perusahaan, juga susah dengan usahanya. Harga bahan produksi naik turun sesuai dollar. Kemudian kalau lebaran, pusing setengah mati memikirkan uang THR. Pegawai-pegawainya pada senang mendapatakan THR, tapi dia setengah mati memikirkan berapa uang untuk di berikan.
Dibalik kegembiraan orang lain, di balik kemewahan orang lain, di balik kekayaan orang lain, di balik pangkat orang lain, mereka juga hidup dalam kegelisahan. Maka kita sebagai manusia, jangan berangan angan terlepas dari ujian. Semua di uji. Cuma bedanya ada yang sedikit ada yang banyak.
Kata Imam Syafi’I, “Sesungguhnya ujian kehidupan itu tidak terputus-putus. Adapun kesenangannya, hanya sesekali saja datangnya.”
2. Allah telah memilih kita untuk mengalami ujian karena Allah tahu ujian itu pas untuk kita
Ketika Allah menimpakkan suatu ujian, Allah tahu kita mampu melaluinya. Seperti dalam firmannya ;
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” Al Baqarah ayat 286
Jangan berburuk sangka terhadap Allah akan ujian yang menimpa kita. Jangan berburuk sangkat terhadap Allah kalau ujian itu di luar kemampuan kita. Karena setiap ujian adalah bukti kesayangan Allah dan ujian itu sudah di takar kadarnya sesuai tahap kemampuan manusia dan sesuai yang Allah kehendaki.
3. Ujian yang datang bukan untuk membianasakannya, tetapi untuk mengujinya. Agar Allah mengetahui bagaimana dia menjalani ujian tersebut
Ujian datang untuk menguji, apakah kita akan bersabar dan mendapatkan pahala, ataukah kita mengeluh dan tidak mendapatkan pahala dari Allah SWT. Ulama mengatakan, “ujian itu seperti obat,” memang pahit, tapi harus di minum. Kalau kita tidak menghadapi nya dengan sabar, maka kita tidak akan mendapatkan kesembuhan. Karena Allah tahu di diri kita ada suatu dosa yang harus di tebus dengan ujian. Sebagaimana kita bersabar disaat di kasih obat dari dokter, kita harus minum.
Diantara hikmah yang lain, Allah ingin melihat seorang hamba beribadah dalam kesulitannya. Ada ibadah syukur, ada pula ibadah sabar. Dan betapa banyak ibadah yang muncul ketika seseorang dalam kesulitannya (yang tidak di lakukan saat seseorang di dalam kenikmatannya).
Terkadang Allah akan semakin menambah kesulitannya, karena Allah tahu kalau seseorang di keluarkan dari kesulitannya, dia mungkin tidak akan berdoa dan beribadah seperti saat dalam kesulitannya. Sehingga dia benar-benar terjepit dan menjadi tahu apa artinya tawakal. Begitulah Allah mengajari seorang hamba arti dari tawakal. Disaat benar-benar terjepit, dan tidak ada seorang pun yang bisa menolong dia kecuali Allah SWT.
Jika di uji dan kita masih dalam kesabaran, sesungguhnya kita masih dalam kebaikan. Pahala kita akan berjalan terus. Kapan kita berada dalam kebisanaan? Saat ujian datang, kita mengeluh, meronta dan tidak bersabar. Seketika itulah pahala kita terputus.
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
“Tidaklah seseorang dari kaum muslimin, di uji dengan suatu ujian di badannya, kecuali Allah akan perintahkan kepada malaikat pencatat amalan hamba, ‘maka tulislah untuk hambaku kebaikan yang terus mengalir siang dan malam seperti kebaikan yang biasa dia lakukan selama dia tertahan dari penderitaanya’.”
Ketika terbesit di dalam hati kita, kenapa ujian tidak selesai selesai, lawan pikiran itu. Hal itu berasal dari iblis. Yakin saja, bahwa Allah yang lebih tahu kadar penderitaannya, atau sampai kapan ujian ini menimpa kita dan kapan ujian ini berakhir. Kita berdoa kepada Allah, kita bersabar kepada Allah, dan kita meminta solusi kepada-Nya. Karena saat itu, argo pahala kita berjalan terus. Malaikat akan terus mencatatat kebaikan untuk kita. Meskipun kita jadi tidak bisa melakukan amal kebaikan yang kita lakukan sebelum berada dalam ujian.
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah.” (HR. Al-Bukhari).
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
Berarti tanda kebaikan dari Allah untuk seorang hamba, adalah ujian/musibah. Ada musibah pada anaknya, suaminya, istrinya, keluarganya, juga dari orang lain. Ada musibah dari kekayaannya, dari kemiskinannya, sakit yang di alami, kadang dari tuduhan yang tidak baik terhadapnya. Oleh karenanya, selama kita bersabar terhadap ujian-Nya, Allah akan menhendaki kebaikan padanya.
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani).
4. Allah memberikan ujian kepada kita, untuk mengangkat derajad kita disisi-Nya
Sesungguhnya seseorang benar-benar mempunyai kedudukan di sisi Allah, namun dia tidak serta merta terangkat ke sisi-Nya hanya dari amal sholihnya saja. Pahalanya terkadang tidak cukup, maka Allah ganti dengan mengujinya. Allah terus memberikan musibah kepadanya dengan perkara yang tidak dia sukai. Sampai Allah mengangkat dia ke derajat tersebut. Ini yang di sebut musibah menambah derajad seseorang.
Siapa diatara kita yang tahu kalau amal sholih kita sudah cukup? Kita baca quran saja masih jarang-jarang. Kita sholat malam jarang-jarang. Sedekah masih pelit. Terkadang durhaka kepada orang tua. Baik sama istri pun tidak banyak. Perhatian sama tetangga kurang. Lisan juga tidak pernah basah dengan dzikir. Kalau di kalkulasi, ibadah kita kurang. Terus kita meminta surga segitu saja? Untuk itu guna mengabulkan permintaan seorang hamba untuk masuk ke surga, Allah memberinya cobaan. Dibalik musibah tersebut, akan muncul ibadah-ibadah yang mau tidak mau akan kita lakukan. Kerendahan diri, kesedihan, kembali kepada Allah SWT, menangis dalam sujud, menangis dalam solat malam, dan banyak hal lain akan muncul. Inilah yang di maksud dengan cobaan akan mengangkat dia ke surga.
Sesungguhnya seorang hamba jika telah tercatat bahwasanya dia punya kedudukan disisi Allah, dan dia tidak bisa sampai pada kedudukan tersebut dengan amal dia, maka Allah akan menguji dia dengan jasadnya, atau Allah akan menguji dia dengan hartanya, atau Allah akan menguji dia dengan anaknya. Jika dia bersabar atas ujian tersebut, maka Allah akan mengangkat dia pada posisi yang telah tercatat baginya di sisi-Nya.
Jadi kawan, jika ujian menghampirimu, ingatlah satu hal. Bisa jadi amalmu masih kurang.
5. Ujian dari Allah untuk menghilangkan dosa-dosa yang telah lalu
Tidaklah satu pun yang menimpa seorang muslim, melainkan untuk menghapuskan dosa-dosa anak Adam. Sebagaimana pandai besi menghilangkan karat dari besi.
Keletihan, sakit demam, kesedihan tentang masa lalu, kekhawatiran tentang kemudian hari, kegelisahan atau gundah gulana, kegalauan, dan juga gangguan yang di berikan orang lain kepada kita, bahkan duri yang menancap di jari kita, jika kita bersabar, maka itu adalah penghapus dosa-dosa kita.
“Seorang hamba akan di uji terus oleh Allah, sampai dia berjalan di muka bumi dan menemui Tuhannya tanpa dosa sedikit pun.”
Bagi seseorang, sudah ada ujiannya masing-masing. Terkadang orang akan di uji dengan bermacam-macam ujian. Tapi ada juga yang di uji dengan satu macam ujian. Karena Allah lebih mengetahui kadar kemampuan seorang hamba. Bisa jadi dia mampu di ujian ini, tapi tidak mampu di ujian lain.
Inilah apa yang biasa kita lihat di masyakat. Ada yang di uji dengan kemiskinan sampai dia meninggal. Ada juga yang di uji dengan kecacatan anggota badan. Atau sakit yang tak kunjung sembuh sampai dengan kematiannya. Ujian yang sama selama bertahun-tahun sampai dia meninggal dunia ini, sudah di tentukan kadarnya oleh Allah SWT. Karena DIA lebih tahu, bahwa ujian itu saja yang mampu di lalui seorang hamba .
Misal, dalam kemiskinan itu seorang hamba bertaqwa kepada Allah. Jika Allah memberinya kekayaan, maka dia akan kufur.
"Rasulullah pernah bersabda, 'Allah pernah berkata pada malaikat, 'tahanlah rezeki sebagian hamba ku ini untuk si Fulan, karena jika engkau luaskan dia tidak akan menyembahku, dan luaskan rezekinya si Fulan, karena jika engkau luaskan, dia akan tambah taat kepadaku".
Allah lebih mengetahui terhadap hamba-Nya. Jika seorang cacat fisik di beri kelengkapan tubuh, maka dia akan gunakan untuk menuju tempat maksiat. Jika seorang sakit di beri kesembuhan, maka dikala dia sehat akan di gunakan untuk melakukan dosa. Untuknya Allah menahan ujiannya sampai seorang hamba meninggal, karena cuma itu yang sanggup di lalui hambanya. Inilah yang mampu mengangkat derajatnya. Inilah yang mampu menghapus dosa-dosanya.
Apalagi zaman milennial sekarang ini banyak dosa berterbaran. Kalau zaman dulu agar kita tidak berdosa gampang, tinggal duduk saja di dalam rumah. Atau mengasingkan diri dari masyarakat/tinggal sendirian. Tapi sekarang pun di dalam rumah kita berdosa. Sendirian juga berdosa. Berkembangnya zaman teknologi informasi sekarang ini semakin membuat akses dosa kita lebih mudah. Dari Hp kita saja sudah cukup mendatangkan dosa. Dengan aplikasi sosial media, pertukaran informasi semakin cepat. Jadi cepat pula kita berbual dan menggunjing saudara kita. Cepat pula melihat hal yang tak senonoh. Jadi bisa di katakan, jaman sekarang ini kalau kita berada di dalam rumah saja atau hidup sendirian, justru dosa lebih mudah menghampiri. Dan justru jika keluar dan berkumpul dengan khalayak ramai, terkadang dosa lebih sedikit yang bisa di lakukan.
6. Ujian yang datang, menghindarkan kita dari ujian yang lebih besar.
Kadang seorang hamba tidak tahu nikmatnya bersyukur, kecuali setelah dikasih musibah. Pepatah mengatakan, “kalau bukan karena musibah, maka tidak akan ada namanya kebahagiaan.” maka dari itu, kita harus sadar, bahwa ujian itu datangnya dari Allah, dan yang terbaik datang dari sisi Allah SWT.
Untuk memahami kalimat diatas, saya ada contoh dari kisah Nabi Khidhr as dan anak yang dia bunuh.
“Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar." Al-Kahfi: 74
Orang tua dari anak yang tersebut adalah orang Mukmin yang mendapat anugerah khusus dari Allah Swt. Nabi Khidir As ketika itu sangat mengkhawatirkan orang tua si anak menjadi kafir dan sesat karena perangai buruk anak tersebut nantinya.
Lewat Nabi Khidir As, Allah Swt hendak mengaruniai anak perempuan kepada orang tua tersebut sebagai gantinya. Dan nantinya, dari rahim anak perempuan ini lahir nabi-nabi. Sekitar 70 nabi yang akan lahir dari keturunan anak perempuan tersebut. Sedangkan anak laki-laki tersebut justru akan menjadi penghalang lahirnya nabi-nabi di kemudian hari.
Anak yang dibunuh tersebut akan tenggelam dalam kekufuran dan tiada harapan sedikitpun untuk menerima hidayah. Kekufuran serta keingkaran terhadap kebenaran mengakar di dalam hatinya, kendati secara lahiriah tampak seperti seorang suci.
Kematian anak tersebut akan membawa manfaat yang sangat banyak, diantaranya akan terpeliharanya iman kedua orang tuanya, orang tua anak tersebut akan terhindar dari segala bentuk kesedihan akibat adanya hubungan dan rasa kekeluargaan, dan memperoleh keberkahan yang melimpah (melalui anak perempuannya). Teraplikasinya perintah Tuhan melalui Nabi Khidir As tersebut, mencegah bertambah beratnya musibah yang lebih besar akibat perbuatan anak laki-laki yang kelak akan dilakukannya (diantaranya: menyesatkan serta mengganggu kedua orang tuanya) dan lain sebagainya.
Coba renungkan penggalan cerita di atas. Bukankah ujian datangnya dari Allah, dan yang terbaik datangnya dari sisi Allah. Jadi setiap musibah yang datang, ucapkan syukur Alhamdulillah. Karena ujian tersebut menghindarkan kita dari ujian yang lebih besar.
Belum ada Komentar
Posting Komentar