FADLILAH YAASIIN (ke-5)


Surat Yaasiin dibaca di pekuburan.

Hadits ke-41

عَنْ اَنَسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ دَخَلَ اْلمَقَابِرَ فَقَرَأَ سُوْرَةَ يس خَفَّفَ اللهُ عَنْهُمْ يَوْمَئِذٍ وَ كَانَ لَهُ بِعَدَدِ حُرُوْفِهَا حَسَنَاتٌ. فى تفسير القرطبى 15: 4

Dari Anas (bin Malik), bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa memasuki kuburan, lalu membaca surat Yaasiin, niscaya Allah meringankan (siksa qubur) mereka pada hari itu, dan adalah bagi orang yang membacanya mendapat kebaikan sejumlah huruf-hurufnya”. [Dalam Tafsir Al-Qurthubiy juz 15, hal. 4]

Keterangan :

Di dalam kitab Silsilatul Ahaadiitsidl Dla’iifah wal Maudluu’ah oleh Al-Albaniy, hadits tersebut tertulis demikian :

مَنْ دَخَلَ اْلمَقَابِرَ فَقَرَأَ سُوْرَةَ (يس) خَفَّفَ عَنْهُمْ يَوْمَئِذٍ، وَ كَانَ لَهُ بِعَدَدِ مَنْ فِيْهَا حَسَنَاتٌ. سلسلة الاحاديث الضعيفة 3: 397، رقم: 1246

Barangsiapa yang memasuki kuburan, lalu membaca surat Yaasiin, Allah ringankan (siksa qubur) mereka pada hari itu, dan bagi orang yang membacanya mendapatkan kebaikan sebanyak bilangan orang-orang yang di dalam kuburan itu”. [Silsilatul Ahaadiitsidl Dla’iifah juz 3, hal. 397, no. 1246].

Hadits ini dla’if, bahkan Al-Albaniy mengatakannya maudlu’ (palsu), karena ada beberapa kelemahan :

Pertama,  di dalam sanadnya ada rawi yang bernama Abu ‘Ubaidah. Ibnu Ma’in menyatakan, “Dia majhul”.

Kedua,     Ayyub bin Mudrik. Rawi ini telah disepakati kedla’ifannya, bahkan Ibnu Ma’in menyatakan bahwa rawi tersebut kadzdzaab (pendusta).

Ketiga,     Ahmad Ar-Riyaahiy, nama lengkapnya adalah Ahmad bin Yazid bin Dinar, dengan kunyah Abul‘Awwaam. Tentang perawi ini Baihaqiy menyatakan bahwa dia rawi yang majhul. [Silsilatul Ahaadiitsidl Dla’ifah wal Maudluu’ah juz 3, hal. 397, no. 1246]

Hadits ke-42

عَنْ عَائشَةَ عَنْ اَبِى بَكْرٍ مَرْفُوْعًا: مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ اَوْ اَحَدِهِمَا فِى يَوْمِ جُمُعَةٍ فَقَرَأَ يس غَفَرَ اللهُ لَهُ. ميزان الاعتدال 3: 261

Dari ‘Aisyah, dari Abu Bakr, ia mengatakan dari Nabi SAW, “Barangsiapa ziyarah qubur kedua orang tuanya atau salah satunya pada hari Jum’at, lalu membaca surat Yaasiin, niscaya diampuni dosanya”. [Mizaanul I’tidal juz 3, hal. 261]

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy, dia berkata, “hadits ini, dengan sanad ini adalah baathil” (rusak).

Di dalam sanadnya ada perawi bernama ‘Amr bin Ziyaad, ia tertuduh memalsu hadits. Daruquthniy berkata, “Ia memalsu hadits”.

Kesimpulan :

Membaca surat Yaasiin di kuburan agar diampuni dosanya adalah tidak benar.

Bacaan Yaasiin dan mati syahid.

Hadits ke-43

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ دَاوَمَ عَلَى قِرَاءَةِ يس كُلَّ لَيْلَةٍ ثُمَّ مَاتَ مَاتَ شَهِيدًا. الطبرانى فى المعجم الصغير 2: 191، رقم: 1010
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membiasakan membaca surat Yaasiin setiap malam, kemudian meninggal, maka ia meninggal dalam keadaan mati syahid”. [HR. Thabraniy, dalam Mu’jamush Shaghiir juz 2, hal. 191, no. 1010]

Adapun sanad hadits tersebut sebagai berikut :

Nabi SAW — Anas bin Malik — Az-Zuhriy — Ma’mar — Rabah bin Zaid Ash-Shan’aniy — Sa’id bin Musa Al-Azdiy Al-Himshiy — Muhammad bin Hafsh Al-Anshariy Al-Himshiy — Muhammad bin Musa Al-Qaththan Al-Hamdaniy — Thabraniy.

Hadits ini dla’if, karena di dalam sanadnya ada perawi bernama Sa’id bin Musa Al-Azdiy Al-Himshiy. Rawi tersebut dinyatakan memalsu hadits oleh Ibnu Hibban. [Mizaanul I’tidal juz 2, hal. 159, no. 3280]

Kesimpulan :

Membiasakan bacaan Yaasiin setiap malam akan mengakibatkan mati syahid adalah tidak benar.

Yaasiin dapat memenuhi segala kebutuhan

Hadits ke-44

عَنْ عَطَاءِ بْنِ اَبِى رَبَاحٍ قَالَ: بَلَغَنِى اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ قَرَأَ يس فِى صَدْرِ النَّهَارِ قُضِيَتْ حَوَائِجُهُ. الدارمى 2: 457، 3268

Dari ‘Atha’ bin Abi Rabah, ia berkata : Telah sampai berita kepadaku, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,“Barangsiapa yang membaca surat Yaasiin pada permulaan siang, niscaya terpenuhi segala keperluannya”. [HR. Darimi juz 2, hal. 457, no. 3268]

Adapun sanad hadits tersebut adalah sebagai berikut :

Nabi SAW — ‘Atha’ bin Abu Rabah (tidak mendengar dari Nabi SAW) — Muhammad bin Juhadah — Ziyad bin Khaitsamah — Abuuhu — Al-Walid bin Syuja’ — Darimiy.

Hadits ini dla’if, karena hadits ini mursal. Yakni ‘Atha’ bin Abi Rabah bukan shahabat, sehingga tidak jelas dari siapa dia mendapatkan hadits ini.

Hadits ke-45

عَنِ الصَّلْتِ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ الصّدّيْقَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: سُوْرَةُ يس (تُدْعَى مِنَ التَّوْرَاةِ) فِى التَّوْرَاةِ تُدْعَى اْلمُعِمَّةَ. قِيْلَ وَ مَا اْلمُعِمَّةُ؟ قَالَ: نُعِمَ صَاحِبُهَا بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَ اْلآخِرَةِ وَ تُكَابِدُ عَنْهُ بَلْوَى الدُّنْيَا وَ تَدْفَعُ عَنْهُ اَهْوَالَ اْلآخِرَةِ، وَ تُدْعَى الدَّافِعَةَ اْلقَاضِيَةَ تَدْفَعُ عَنْ صَاحِبِهَا كُلَّ سُوْءٍ وَ تَقْضِى لَهُ كُلَّ حَاجَةٍ. البيهقى، فى شعب الايمان 2: 480، رقم: 2465

Dari Ash-Shalt bahwasanya Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Surat Yaasiin (disebut dari Taurat) di dalam Taurat disebut Mu’immah. Ada yang bertanya, “Apa mu’immah itu ?”. Beliau SAW bersabda, “Orang yang membacanya diberi ni’mat dengan kebaikan di dunia dan di akhirat, menjauhkan dari bencana dunia dan menjauhkan dari bencana akhirat. Dan disebut Ad-Daafi’ah Al-Qaadliyah, yaitu menolak semua keburukan bagi pembacanya dan memenuhi segala kebutuhannya”. [HR. Baihaqi, dalam Syu’abul Iman juz 2, hal. 480, no. 2465]

Baihaqi menerima hadits ini dari dua jalan, sebagai berikut :

A. Nabi SAW — Abu Bakar Ash-Shiddiq — Ash-Shalt — Hilal —Sulaiman bin Mirqaa’ Al-Jundiy — Muhammad bin ‘Abdur Rahman bin Abu Bakar Al-Jud’aniy — Isma’il bin Abi Uwais — Muhammad bin Abdur Rahman Asy-Syamiy — Abu Abdillah Bisyr bin Muhammad bin ‘Abdullah Al-Muzaniy — Abu Dzarr ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad Al-Maliki — Baihaqi.

B. Nabi SAW — Abu Bakar Ash-Shiddiq — Ash-Shalt — Hilal —Sulaiman bin Mirqaa’ Al-Jundiy — Muhammad bin ‘Abdur Rahman bin Abu Bakar Al-Jud’aniy — Isma’il bin Abi Uwais —  Al-Hasan bin ‘Ali bin Ziyad — Abul ‘Abbas Adl_Dlubaiy — Abu Nashr bin Qatadah — Baihaqi.

Hadits ini dla’if karena pada sanadnya ada rawi yang bernama Sulaiman bin Mirqaa’, ia dijarh munkarul haditsoleh Al-‘Uqailiy. [Mizaanul I’tidal juz 2, hal. 222, no. 3509]

Kesimpulan :

Membaca surat Yaasiin dengan keyaqinan akan tercukupi kebutuhannya adalah tidak benar.

Mendengarkan bacaan surat Yaasiin sama dengan infaq fii sabiilillaah.

Hadits ke-46

عَنْ عَلِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ سَمِعَ سُوْرَةَ يس عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ دِيْنَارًا فِى سَبِيْلِ اللهِ. الخطيب البغدادى 6: 248

Dari Ali, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mendengar surat Yaasiin, (pahalanya) sama dengan bersedeqah dua puluh dinar fii sabiilillaah”. [HR. Al-Khathib Al-Baghdadiy juz 6, hal. 248]

Adapun sanad hadits tersebut adalah sebagai berikut :

Nabi SAW — ‘Ali — Al-Haarits — Abu Ishaq — Sufyan Ats-Tsauriy — Isma’il bin Yahya Al-Baghdaadiy — Al-‘Abbas bin Isma’il Ar-Raqiy — Ahmad bin Ja’far bin Nahsr Al-Jamal — Manshur Al-Busanjiy — Abu Bakr Al-Barqaniy — Al-Khathib Al-Baghdaadiy.

Hadits ini dla’if, karena dalam sanadnya ada perawi bernama Isma’il bin Yahya Al-Baghdadiy. Daruquthni mengatakan, “Ia dla’if, matruukul hadiits”. [Tarikh Baghdad  Al-Khathiib Al-Baghdaadiy juz 6, hal. 249]

Hadits ke-47

عَنِ الصَّلْتِ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ الصّدّيْقَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: سُوْرَةُ يس وَ مَنْ سَمِعَهَا عَدَلَتْ لَهُ اَلْفَ دِيْنَارٍ فِى سَبِيْلِ اللهِ. البيهقى، فى شعب الايمان 2: 480، رقم: 2465

Dari Ash-Shalt bahwasanya Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Surat Yaasiin…..….. dan barangsiapa mendengarnya maka sama dengan berinfaq seribu dinar di jalan Allah”. [HR. Baihaqi, dalam Syu’abul Iman juz 2, hal. 380, no. 2465]

Baihaqi menerima hadits ini dari dua jalan, sebagai berikut :

A. Nabi SAW — Abu Bakar Ash-Shiddiq — Ash-Shalt — Hilal —Sulaiman bin Mirqaa’ Al-Jundiy — Muhammad bin ‘Abdur Rahman bin Abu Bakar Al-Jud’aniy — Isma’il bin Abi Uwais — Muhammad bin Abdur Rahman Asy-Syamiy — Abu Abdillah Bisyr bin Muhammad bin ‘Abdullah Al-Muzaniy — Abu Dzarr ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad Al-Maliki — Baihaqi.

B. Nabi SAW — Abu Bakar Ash-Shiddiq — Ash-Shalt — Hilal —Sulaiman bin Mirqaa’ Al-Jundiy — Muhammad bin ‘Abdur Rahman bin Abu Bakar Al-Jud’aniy — Isma’il bin Abi Uwais —  Al-Hasan bin ‘Ali bin Ziyad — Abul ‘Abbas Adl_Dlubaiy — Abu Nashr bin Qatadah — Baihaqi.

Hadits ini dla’if karena pada sanadnya ada rawi yang bernama Sulaiman bin Mirqaa’, ia dijarh munkarul haditsoleh Al-‘Uqailiy. [Mizaanul I’tidal juz 2, hal. 222, no. 3509]

Kesimpulan :

Mendengar surat Yaasiin dengan keyaqinan sama dengan infaq fii sabiilillaah adalah tidak benar.

Beberapa khasiat lain membaca Yaasiin

Hadits ke-48

عَنْ اَيُّوْبَ السَّخْتِيَانِي عَنْ اَبِي قِلاَبَةَ قَالَ:…وَ مَنْ قَرَأَ يس غُفِرَ لَهُ  وَ مَنْ قَرَأَهَا وَ هُوَ جَائِعٌ شُبِعَ وَ مَنْ قَرَأَهَا وَ هُوَ ضَالٌّ هُدِىَ وَ مَنْ قَرَأَهَا وَ لَهُ ضَالَّةٌ وَجَدَهَا وَ مَنْ قَرَأَهَا عَلَى طَعَامٍ خَافَ قِلَّتَهُ كَفَاهُ وَ مَنْ قَرَأَهَا عِنْدَ مَيّتٍ هُوّنَ عَلَيْهِ وَ مَنْ قَرَأَهَا عِنْدَ امْرَأَةٍ يُخْشَى عَلَيْهَا وَلَدُهَا يَسَّرَ عَلَيْهَا. البيهقى 2: 481، رقم: 2467

Dari Ayyub As-Sakhtiyaniy, dari Abu Qilabah, ia berkata, “Dan barangsiapa yang membaca Yaasiin, maka akan diampuni (dosa-dosa) baginya, barangsiapa yang membacanya dalam keadaan lapar, pasti akan diberi rasa kenyang, barangsiapa yang membacanya dikala tersesat pasti ia akan dapat petunjuk, dan barangsiapa yang membacanya pada waktu kehilangan sesuatu, maka pasti ia akan menemukannya, barangsiapa yang membacanya di hadapan makanan yang dikhawatirkan (tidak cukup) karena sedikitnya, maka (Allah) akan mencukupkannya, barangsiapa yang membacanya di sisi orang yang akan meninggal, pastilah ia diberi kemudahan, dan barangsiapa membacanya di hadapan seorang ibu yang dikhawatirkan (disulitkan) anaknya, pasti (Allah) memberi kemudahan padanya. [HR. Baihaqi juz 2, hal. 481, no 2467]

Adapun sanad hadits ini adalah sebagai berikut :

Abu Qilabah  — Ayyub As-Sakhtiyaniy — Al-Khalil bin Murrah — Ma’mar — Sa’dan bin Nashr — Isma’il bin Muhammad Ash-Shafar — Abul Husain bin Bisyran — Baihaqiy.

Hadits ini dla’if, disamping bukan sabda Nabi SAW, juga karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama Al-Khalil bin Murrah.. Bukhari berkata, “Dia munkarul hadits dan haditsnya tidak shahih”. [Tahdzibut Tahdzib juz 3, hal. 146, no. 319]

Kesimpulan :

Hadits tersebut bukan sabda Nabi SAW, bukan pula kata-kata Abu Qilabah (shahabat), artinya seseorang menyandarkannya kepada shahabat Abu Qilabah. Keyaqinan-keyaqinan di atas merupakan aqidah yang sesat dan harus dihilangkan.

Belum ada Komentar

Posting Komentar