Kebalikannya Kebalikan

Aku dan kamu adalah Khalifah dan dari aku dan kamu Allah beri alam semesta. Satu alam semesta luasnya ratusan juta tahun cahaya. Kita harus bersyukur karena kita semua, insya Allah, masuk syurga. Hebatnya lagi, kita dibuat saling berdebat padahal semuanya benar!

Dan memang dunia ini dipenuhi oleh hal-hal bodoh. Aku berpikir bagaimana aku bisa mengubah semua itu. Aku yakin akannya. Aku ingin tahu jawabannya. Untuk itu, dibagian  terakhir dari tulisan ini, aku ingin menjelaskan semuanya.
“Aku orang yang akan menjelaskan. Orang yang akan memperoleh semua. Bukankah menyenangkan mempertunjukkan semua sampai jelas?”
Tapi maaf, dengan segala usaha, kucoba menjelaskan beberapa hal dari tujuanku dengan menghindari pembahasan yang panjang lebar, supaya tidak menjemukan saat kalian membaca. Tapi ku tak bisa dan tak puas tanpa penjelasan yang panjang.
“Kegagalan juga menyenangkan. Aku hidup dengan kepercayaan bahwa cobaan itu berguna untuk menempa diri. Sebagai gantinya, untuk membayar kagagalanku selama ini aku ingin meraih prestasi luar biasa.”
Baik lah, ini bukan soal uang, cuma ingin sampaikan pesan. Ketika orang sudah tak bisa saling berbagi, tapi aku tahu aku akan buat kalian saling memahami. Karena aku bukan pria yang bergerak hanya karena dendam. Tapi semuanya karena ada tujuan, alasan dan apapun juga. Dengannya aku tak terikat bentuk, seperti air, aku meniru caranya yang flexible. Bilang selesai pun, isi hatiku tidak bisa kuluapkan semua.
“Aku tak ingin tujuanku hanya berakhir sebagai ilusi. Untuknya aku bekerja seperti setan tapi tak bergabung dengannya. Aku hanya setia pada jalan yang sama dengan mereka dengan beberapa perbedaan. Dengan kesetiaanku pada perdamaian, aku bertindak sesuai keinginanku.”
“Ada kebencian yang dalam, tapi ada cinta di hatiku.”
Bagiku hidup tak berakhir saat manusia mati. Tapi berakhir ketika ia kehilangan keyakinannya. Karena itulah jangan menilai hanya dengan mata kalian. Karena kalian tak akan tahu seseorang memiliki keyakinan hanya dengan melihatnya. Mungkin caraku dalam berpikir dan melakukan sesuatu tak beretika, tapi aku hanya ingin buat kalian melampauhi diri kalian yang sekarang; walaupun tidak secara terhormat.
Bukan kah orang hidup harus selalu mempunyai rencana rahasia. “Kalau kita bilang lebih baik jadi yang terakhir, itu tak akan terjadi. Kalau kita melempar batu ketiang listrik dengan bermaksud mengenainya, tak akan kena. Kalau sengaja tak mengenainya, itu malah kena.”
Dalam hatiku, masih ada harapan akan suatu saat nanti akan ada teman yang milihat sisi baikku. Lalu menganggap sebagai teman yang sangat berharga. Dan jadi teman yang saling percaya.
“Benar, aku ingin kalian nanti berterima kasih padaku. Bahkan aku juga ingin sebagian dari kalian melihatku sambil tersenyum.”

***

Langkah pertama serangan adalah tiruan, dasar untuk keberhasilan gerakan kedua. Dengan itu akan membuat kalian mendendam, membenci, dan hidup menderita. Aku ingin mengeluarkan kalian yang bergantung pada hidup yang menyedihkan ini. Aku ingin kalian kuat. Menurutku adalah kesalahan bila aku nanti meninggalkan orang yang paling lemah diantara kalian.
“Aku tak mau menyerahkan urusan ini ke takdir. Dan harus lakukan apapun yang aku bisa. Karena datangnya senja, adalah ketenangan sebelum badai.”
Aku yang sudah tahu derita rasa kesepian, lalu aku menyadari derita membuat orang jadi kuat, untuk itu aku keluar dan menemui kalian dengan berbuat sampai seperti ini. Karena aku bukan tipe orang yang cuma mencintai diriku sendiri. Apa yang aku ingin lakukan juga bukan demi diriku seorang. Aku ingin hidup untuk banyak orang.
“Aku memilih jalan yang berbeda dengan memberi ilham kebaikan meski dengan penderitaan, kejahatan, tapi bukan kegilaan. Dengannya aku berharap umat manusia akan kembali dari segala bentuk kerusakan berpikir dan perilaku. Dengan itu pula semoga kembalilah nilai-nilai luhur pada puncak kekuatannya. Dan ruh akan terdorong untuk membebaskan diri dari belenggu ‘tanah’ yang gelap.”
Untuk kebebasan kalian semua dari kurungan, aku sendiri yang mencari kegelapan. Sehingga semakin mendorong kalian untuk beribadah kepada Allah dengan sebenar-benarnya setelah kalian melakukan penyimpangan dan berbagai penyelewengan.
“Aku mencintai kegelapan karena memperlihatkan bintang-bintang padaku.”
Dengan memberi rasa sakit, aku mencintai kalian dan ingin menyelamatkan kalian dari kegelapan. Aku tak ingin kalian tenggelam lebih dalam lagi. ‘Bukankah itu hujan yang sangat bagus untuk kalian yang panas?’
“Begitu diserahi pohon besar, walau dalam keadaan apapun, aku ingin melindungi dan mendidik daun-daun kecil. Dan menumbuhkan pohon baru dengan menebang pohon lama adalah keinginan terbesarku.”
Kemauanku adalah membuat kalian mengeluarkan generasi yang akan datang keluar dari kesulitan. Dan kemampuan ini adalah kunci yang kutemukan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan abadi yang aku rasa hampir tak bisa kutemukan selama ini. Untuk itu aku berani mempertaruhkan nyawaku sambil tersenyum.
“Aku memang suka cara bergaul yang baik hati. Tapi aku juga tidak benci dengan pengendalian menggunakan teror.”
Jika kalian berpikir aku berusaha melakukan hal yang aneh, bagaimanapun ada sesuatu yang harus kalian uji. Disebabkan aku ada karena jiwa kalian, bukan karena benci terhadapnya.
Kalian telah terpedaya dengan dua kenikmatan yang membuat kalian terlena, yakni nikmat sehat dan waktu senggang. Yang justru kalian gunakan untuk melakukan perbuatan yang sia-sia dan terlarang. Aku tak mau membuang waktu untuk memperlajari bagaimana mengabaikan semua itu. Telah lama aku menantikan kalian melakukan hal yang benar. Terpaksa aku sembunyikan kebaikanku dengan kebencianku.
“Bukannya aku tak punya pilihan karena berpikir begitu. Tapi kekuatanku bukan hanya  datang dari kebencian, tapi datang dari suatu tempat dalam tubuh ini. Suatu kekuatan yang menjadi sumber tenagaku, kesabaranku, dan juga pembangkit semangat kemanusiaanku yang tinggi. Selama itu aku terasa ringan melakukan keinginanku. Sehingga kebencian dan suatu tempat dalam tubuhku ini adalah pilihan terakhirku untuk mengatasinya.
Aku telah banyak mengatakan hal yang bertentangan dari kadar normal. Untuknya, berikanlah tanggapan kalian padaku, melalui teguran dengan bahasa yang lebih lembut dan nada suara yang lebih tenang agar aku tahu kalau kalian bersikap merendahkan diri seperti layaknya seorang Tuan atau dengan bahasa kasar dan suara yang lebih keras agar aku tahu kalian bersikap sangat menentangku seperti seorang raja yang angkuh. Dan kukatakan, saat kalian menggunakan kata-kata yang menyakitkan, justru jejak kekuatan kata-kataku akan semakin kuat hingga tak akan pernah terhapuskan oleh pikiran orang banyak.
Tak tahu harus senang atau sedih, tapi aku sayang pada kalian semua. Dengan seluruh yang aku punya.”
Kalian hanya berpikir kalianlah yang terpenting. Apa kalian pikir kalian bisa menghentikan kematian? Kedamaian telah membuat kalian lalai dan tak berpikir. Keadaan ini telah mengikat kalian semua.
Aku menganggap diriku seperti ini, lalu aku menyadari kalau itu adalah hal yang paling menyakitkan. Tapi bagaimana lagi, bahwa pilihanku ini adalah untuk menghidupkan kalian (mengabdi pada islam-red), bukan untuk memusnahkan. Dengan menyebarkan kebencian, suatu hari nanti akan datang dimana semua manusia saling mengerti.
“Dan pengabdian kalian melalui Islam bukan untuk Allah, tetapi untuk kalian sendiri. Karena hakikat Allah tidak lah ingin dipuaskan sebagai Pencipta yang harus disembah dan senantiasa diagungkan, tetapi untuk mengangkat harkat kemanusiaan.”

***

Pengalaman dunia nyata adalah yang lebih cepat untuk jalan kembali. Tapi bila tak ada tantangan tak ada perubahan. Tak ada masa sulit tak ada pembentukan. Dengan adanya penderitaan, akan membawa rasa sakit dan luka, serta kematian bagi semua pihak. Dengan begitu kalian akan merasakan, memikirkan, menerima, dan mengenal apa itu sakit. Sebab, mereka yang tak mengenal rasa sakit tak akan pernah mengerti kedamaian. Bukankah dengan begini akan menghilangkan masalah?
“Ini bukan sesuatu seperti meraih kemenangan dalam perang. Aku tak bermaksud jahat. Dengan memutar bencana menjadi keuntungan yang baik, aku cuma bermaksud membangun karakter seperti yang kuharapkan. Karena kalian sama sekali tak mengerti kedamaian, mungkin kalian akan menyebut ini omong kosong. Jangan melihat luarnya perkataanku saja. Berpikirlah jauh kedepan, kalau bisa lampauhilah. Jika aku tidak melakukan ini tidak akan ada kedamaian.
Untuk itu jadilah dewasa, kematian akan menghampiri semua orang. Kadang kadang ada kematian yang sulit diterima. Tapi tak kan ada masa depan kalau tak mengatasi hal itu.”
Mungkin jalan yang aku pilih itu keluar jalur, tapi aku hanya menginginkan kedamaian. Dan aku tak akan mengatakan, ‘kalian semua akan hancur dan tak akan mendapatkan apa apa lagi, tak akan ada lagi beban untuk kupikul, kita akan memahami satu sama lain di dunia berikutnya.’
Dan di bilang ingin menguasai dunia pun juga tidak. Tapi keinginanku untuk menyadarkan kalian akan penderitaan, membangunkan kalian untuk tidak terus hidup dalam mimpi; karena kalian pasti mati, keinginaku untuk memberitahu kalian betapa aku mencintai kalian, berusaha menepati janjiku, marah pada kalian karena tidak memahami perasaanku, dan bahwa kalian sudah membuatku menderita lebih besar; dengan menyebarkan penderitaan dengan caraku sendiri untuk membuat kalian mengerti cara memperoleh kedamaian.
Bila kalian memahamiku, aku hanya perlu mengatakan bahwa kalian mengambil perjanjian dengan-Nya. Itulah kebenaran.
“Aku tahu benci merupakan hal yang negatif atas kesakitanku sebelumnya, sedangkan  tujuan dan impian adalah sebuah pondasi untuk meraih apa yang kita harapkan. Karena hal tersebut dihadapan orang bertolak belakang, maka alasanku untuk mengatakan hal diatas adalah untuk meluruskan antara benci dengan tujuanku.”
Keduanya berbeda alasannya, namun ada tindak yang akan sama-sama dilakukan, bukan? Sikap benci bukanlah untuk menghiyanati kalian. Tapi semenjak aku mengenal harapan, aku  tahu tentang ikatan. Dan itu membuatku dapat tersenyum. Dan sikap dinginku bukan karena aku tak mau berteman dengan orang yang tak aku kenal, namun karena aku tak ingin kalian jadi salah paham padaku seperti kebanyakan orang.
“Aku punya sifat halus, meskipun mulutku tajam. Karena cuma ini pedang yang ku punya.”

***

DENGARLAH para sahabat, Rasulullah telah tinggalkan kepada kalian semua jalan yang benar dan jalan yang terang, tapi hati kalian itu masih saja bersikeras melanggar hukum-hukum-Nya. Maka apa yang aku lakukan ini adalah untuk melembutkan hati kalian dengan membiarkan kalian sendiri yang mengambil pelajaran dari perkataan yang aku berikan.
 “Obat yang bagus itu pahit dimulut. Tapi disebut obat yang bagus itu, tidak akan selesai hanya dengan rasa pahit.”
Seperti apa yang aku katakan, aku ingin menciptakan perdamaian dengan mengajarkan penderitaan dan memberikan cobaan pada kalian. Seperti mitologi dari setiap Negara yang mempunyai penjelasan yang sama terhadap hal ini. Semua yang aku lakukan dikarenakan kemerosotan dan kebejatan kalian, aku memutuskan untuk menghukum sampai kalian sungguh-sungguh kehilangan sesuatu. Dengan begitu kalian akan benar-benar tersadar.
“Aku bermaksud mengarahkan kalian semua yang tampak rapuh dengan penderitaan mematikan yang beralaskan tekad yang akan memberikan kalian penderitaan seperti apapun untuk melindungi kalian semua. Maafkan aku jika kalian akan menemuiku berwajah suram terhadap kalian. Juga maafkan aku disaat aku menutup mataku itu bukan karena aku takut memberikan kalian penderitaan. Tapi hal ini disebabkan karena aku mengenang hormat pada kalian yang akan terbaring di tanah lebih dahulu.”
Mengapa?
“Karena aku mencintai orang-orang kaya karena mereka pasti kesepian. Karena aku mencintai orang-orang miskin karena jumlah mereka banyak. Karena aku mencintai kaum muda atas keteguhan yang mereka miliki. Karena aku mencintai kaum tua atas kebijaksanaan yang mereka ajarkan. Karena aku mencintai orang yang cantik lantaran matanya yang penuh duka. Karena aku mencintai orang yang buruk rupa karena jiwanya yang tenang.”
Dengan meminta bantuan musuh, adalah caraku untuk memberikan penderitaaan yang  benar-benar hebat. Sungguh aku ingin menyelamatkan kalian dan orang-orang diantara kalian,  tapi karena tak bisaku lakukan dengan mataku sendiri, aku melakukannya dengan mata pinjaman (bantuan-red). Inilah karena aku ingin melihat kalian dengan baik dan melindungi kalian. Hingga nanti yang tersisa diantara kalian akan tetap jadi ular dengan berubah kulit berikutnya atau berubah jadi elang.
“Karena sarang yang rusak tetap memiliki telur yang bertahan. Dan luka itu membuat manusia menjadi indah.”
Semakin lama kalian menderita, kalian akan semakin kembali. Aku ingin lihat kalian bergerak sebelum semuanya semakin sulit. Yah benar, aku ingin berbuat tapi seolah-olah bukan aku yang berbuat; karena aku mengedepankan orang lain. Aku meniru cara Allah berbuat. Allah yang berbuat tapi kita mengira makhluklah yang berbuat. Setan pun meniru cara ini. Setan yang berbuat, kita mengira manusia yang berbuat.
“Bagaimana cara yang aku kembangkan itu terserah aku bukan? Aku disini untuk membawa pesan. Ketahuilah rasa sakit itu dan pikirkanlah!”
Bukankah saat seorang disakiti, ia akan belajar untuk membenci. Dan saat orang saling menyakiti, mereka menjadi saling merasa salah. Mereka akan memahami rasa sakit, dan membuatnya bisa menjadi ramah, kita bisa jadi baik, kita juga bisa berbuat baik pada orang lain, pada Tuhan. Kita sudah dewasa dan suatu saat nanti semua orang akan saling percaya satu sama lain sebelum berbuat.
“Aku ingin melihat dunia kembali pada Tuhan. Aku ingin seluruh dunia tersebar kepercayaan itu.”
Rasa sakit membuat seseorang mempu berkembang. Itulah manusia. Itulah yang aku namakan ‘berkembang’. Agar dunia berkembang, berpikir dan berjalan membutuhkan bantuan dewa (kemajuan berpikir manusia dalam tingkatan yang tertinggi).
Dunia ini masih anak-anak. Dari situlah aku mencintai penderitaan. Dalam penderitaan tanpa dasar itu semua orang berkembang melebihi manusia biasa. Terbebas dari takdir dan memperoleh perubahan sejati. Itulah yang kunamakan berkembang dari manusia jadi ‘dewa’.
Kalau jadi dewa, cara bicara dan pola pikirpun akan jadi seperti dewa. Bila menjadi dewa, kita bisa melihat apa yang tak bisa kita lihat semasa jadi manusia. Dan karena jadi dewa, kita menyadari apa yang tidak mampu dilakukan manusia biasa.
“Kalian yang masih manusia biasa tidak heran kalau kalian tak mengerti kata-kataku.”
Itulah inginku, memaksa manusia melewati batas dengan bertahan dalam latihan sulit, untuk memperoleh kekuatan sejati (rasa takut yang akan melahirkan celah melihat wajah Tuhan-red) dan agar mereka terlepas dari wadahnya yang sekarang. Karena rumit dan derita mengumpul sifat terbaik dalam diri manusia. Dan itu adalah bunga-bunga mesra dan bahagia.
“Jika kita menjadi sesuatu yang lain dari manusia, kita bisa menerangi malam dengan purnama.”
Aku hanya bisa tahu bahwa jawaban inilah yang paling benar. Karena aku hanya ingin  melindungi kalian. Tak peduli berapa rasa sakit yang akan timbul. Karena bahwasanya kejahatanku bukanlah hakekat ataufakta,karena  kejahatanku  adalah bayangan yangberjalanbersamakebaikan.Itulah mengapa terkadang mematuhi peraturan itu tak bisa menyelamatkan diri kita. Sebab pelanggaran itu juga salah satu cara untuk mendapatkan kebenaran; meski begitu aku tak berpikir berpikir hidup tanpa aturan adalah yang paling masuk akal didunia ini, dan aku juga tak berpikir adanya aturan adalah untuk aku langgar.
“Walau aku berniat menghancurkan semuanya, aku tetap saja masih memiliki hati yang bisa merasakan kesedihan. Lihatlah, aku yang dimakan hidup-hidup oleh perasaan bersalah terhadap Tuhan. Belum lagi tangis penyesalan karena perbuatanku. Tapi kenapa aku terus mempertahankannya? Karena aku seorang manusia biasa. Seorang yang ingin memelihara dan melindungi masa depan keinginannya dalam keadaan bagaimanapun. ”
Sekarang semuanya menjadi lemah, dan orang orang saling meremehkan urusannya. Tapi bila aku datang dengan kekuatan yang megah, aku bisa menekan dengan kekuatanku pada semua orang agar kembali memohon pada Allah. Sungguh aku bisa merasakan semua kembali akan pada urusan-Nya.
“…kini aku merasakan bagai seekor burung lepas bebas yang menyaksikan keindahan ladang-ladangdan padang-padang rumput.Dan mengharap terbang dilangit yang lapang untuk mendekapkan kasih, angan-angan dan harapan pada alam.” Khalil Jibran
 ‘Kalian lihat negara-negara saling berseteru, kalian tahu apa yang ingin aku lakukan untuk mengakhirinya dengan cepat? Bila aku punya kuasa tanpa batas, aku akan meyerahakan senjata senjata pemusnah (nuklir) ke negara-negara yang berseteru. Selama punya senjata, manusia pasti akan menggunakan kekuatan itu. Ratusan juta manusia akan musnah dalam sekejap. Dan itu akan menggema keseluruh zaman, orang orang akan takut, dan akan menjatuhkan kesombongan para raja dan kaisar. Orang-orang, negara, dunia, akan mengenal penderitaan. Rasa takut itu akan melahirkan kemampuan pengendali. Dan perseteruan akan berakhir.’
Akhirnya, aku akan terpuaskan dan terpenuhi hingga aku tak akan mengharapkan apapun lagi. Itulah pemenuhan diri yang di janjikan Nabi Sulaiman terhadap jiwa yang tekun. Sebelum itu terwujud, aku tak akan menyerah sampai aku dapat melihat hasrat terdalam yang akan memuaskanku dan memenuhiku dengan kenikmatan yang sangat besar.”
“Apa yang dikatakan sebagian orang-orang tentang diriku itu benar. Karena aku suka berbuat berlebih-lebihan sampai gila. Aku suka kehancuran karena ku suka mengajak khalayak untuk mengembalikan yang telah hancur dan menegakkan yang telah roboh.
Di dalam hatiku ada kebencian karena belum disucikan oleh orang-orang dan ada cinta yang belum luruskan oleh orang-orang, dan andaikan memungkinkan bagiku mempertemukan isi hatiku dengan kebiasaan-kebiasaan manusia maka pastilah itu akan meragukanku.” Khalil Jibran.
“Kawan, dengarkan kata-kataku. Lihatlah wajah kalian masing masing, maka kalian akan dapatkan bahwa Tuhan memberi setiap diri kalian dua telinga, dua mata, dua lubang hidung dan hanya satu mulut. Itu berarti bahwa kalian harus lebih banyak mendengar dengan telinga kalian setiap peristiwa yang ada. Maka jangan kalian sebut sesuatu itu buruk. Karena keburukan itu adalah sesuatu yang tak pernah kalian perjuangkan untuk memperolehnya. Dan hati bagi  kalian yang belum jadi.”

Belum ada Komentar

Posting Komentar