Yang Terdalam dari yang Terdalam


Alam menganugerahiku pengetahuan dan naluri yang jauh lebih hebat dari hantu-hantu liar di hutan dan pengalaman yang dipahami dengan bijak oleh orang-orang tua namun dibahas dengan penuh ketololan oleh kaum muda. Dan kenyatanya, aku telah mempunyai mimpi yang cerah untuk kalian, maka tak akan ada yang dapat memisahkan kita baik penjara ataupun rumput pekuburan.
“Tapi aku merasa bodoh meminta bantuan kepada sesama umat islam. Siapa aku? Siapa kamu? Siapa kalian? A.A Gym saja tumbang karena hujatan ‘orang-orang muslim’ yamg bukan membantu, malah ikut menghujat. Sesama jemaah islam saling memusuhi. Hadist-hadist bertebaran tapi tidak ada pengamalan. Aku pernah jadi anggota jemaah islamiyah namun kini aku memilih ikut hadist riwayat hudzaifah. Aku menguzlahkan hatiku dari semua golongan.”
Memang cara berpikir dan sikapku begitu kadang tidak beretika dan diskriminatif. Selama ini sudah banyak cara yang mungkin dicoba namun gagal. Sekarang tinggal pakai cara yang tak mungkin. Dengannya aku harap bisa membongkar keadaan ini. Aku sudah tak bisa berharap bahwa orang lain akan berubah. Akhirnya dengan meminta bantuan musuh, aku sendiri yang menurutku harus memperjuangkannya. Karena banyak hal di antaranya memerlukan bakat tertentu atau keahlian orang lain lebih diandalkan dari pada pada konsistensi dan ketekunan diri sendiri.
“Dengan berteman dengan musuh, aku lakukan keahlianku, lalu kuputar balikkan rencana mereka, dan tak akan kuserahkan urusan itu ke nasib. Sekalipun tidak, karena keberuntunganku akan ku buat hingga datang sendiri .”
Butuh banyak usaha untuk membuatku bersemangat, tapi kini tingkat kesabaranku sudah habis. Mungkin bagi kalian dunia ini sederhana. Tapi bila kalian jadi aku, hanya sedikit pilihan yang sederhana. Lihatlah tubuh yang menderita ini. Tubuh yang sakit direngut oleh kejahatan kalian. Aku hanya berusaha menumbuhkan kesakitan dengan apa yang menyebabkan rasa sakit bagi diriku.
“Dari dulu aku ingin mengatakan kebenaran, tapi menyadari kalian ini tak bisa paham, aku jadi selalu mengurunkan niatku. Sungguh bila saja aku bukan orang yang tunduk pada aturan dan punya kuasa tak terbatas, aku benar-benar ingin menuntaskan dunia ini ke tatanan dunia yang baru.Karena mereka telah mengabaikan dan menghukum orang-orang yang baik dan jujur diantara mereka dan membebaskan orang-orang berdosa.Sungguh karena disini aku hanya terhanyut pada kekecewaan satu kekecewaan yang lain saja.
Duhai kalian paraSalibis! Bukan hanya para Mujahidin yang merupakan sasaran tepat bagi gertakan kalian! Ketahuilah, kedua mata mereka telah dihadiahkan kepada Allah saat memerangi kalian di Afganistan, Irak, dan Palestina. Disebabkan aku jauh dari bumi Timur Tengah, aku sangat menyesal karena aku tak ikut berjaya meraih syahadah bersama mereka di sisi Allah sebagai bukti keberanian dan kesetiaanku. Kini kabulkanlah harapanku, aku inginkan kalian memerangi manusia-manusia yang telah meninggalkan agama ini.
Wahai Ahli Kitab, jadikanlah aku manusia yang paling beruntung, aku juga ingin segera melihat mereka menghadiahkan mata mereka sebagai cindera mata. Aku ingin mereka membela agamanya dengan segenap jiwa dan raga. Aku juga ingin melihat mereka menyusul kafilah putranya yang sebatang kara. Karena dengan begitu kematian dan luka mereka tak akan menjadi petaka.
Jangan menunda-nunda, paksalah diri kalian untuk memerangi mereka. Agar aku bisa secepatnya melihat mereka berbalik arah dari kehinaan ke kemulyaan. Karena itu lebih baik dari pada mereka hancur oleh diri mereka sendiri yang tak mengindahkan Tuhannya.
Jika agama Muhammmad saw tak bisa tegak melainkan dengan gugurnya umat islam, maka wahai pedang-pedang (ahli kitab), bantulah mereka. Karena aku lelah menyaksikan kebenaran dilalaikan dan kebatilan tak diperangi. Dan itu lebih baik daripada aku terus hidup hanya untuk melihat Tuhan tak lagi disembah oleh kebanyakan orang. Sungguh, mereka  menghancurkan impianku dan masih  saja berani muncul dihadapanku.”
Aku mencintai mereka yang memusuhi kita dan akan ku ulurkan tanganku pada setan yang hendak menakutiku. ‘Datanglah dan hancurkanlah sehancur-hancurnya!’
“Cukup sudah, aku sudah banyak belajar berpijak pada diriku sendiri. Ketika nanti aku melihat bumi ini dihancurkan, kau tahu, tiada kehidupan yang lebih nikmat daripada itu. Kau akan rasakan, hingga tempat ini nanti hancur, itu hanyalah kemunduran sesaat. Esok akan jadi lebih baik. Dan itu menyenangkan.”
Tak ada lagi yang bisa aku percaya selain musuh-musuhku. Lagi pula satu lawan banyak itu merugikan, tak ada cara lain selain bertaruh. Bagaimana tidak demikian, sebab teman sendiri pun telah mengkhiyanati Tuhan. Bagiku itu kemunafikan yang lebih rendah dari pada sikap pertentangan yang ditunjukkan musuh-musuh Tuhan.
“Tahukah kalian, waktu jadi lawan mereka memang menakutkan, tapi tak akan bisa disangka mereka bisa diandalakan sangat jauh bila jadi teman.”
Jiwaku  lah  yang  menuntun  untuk  berbuat  demikian,  jiwaku  yang  telah  lama merintih dan menjerit agar segala sesuatu pelanggaran harus diberi pelajaran, karena tak ada kuasa yang bisa menghakimi mereka, karena kekuasaan yang tertinggi pun telah memainkan perbuatan yang serupa.
“Orang yang menghina hal yang paling kucintai didepanku, walau perempuan pun aku tidak peduli. Aku ingin memukulnya sekuat tenaga.”
‘Tapi aku bukanlah monster, aku hanya lebih maju dari kebanyakan orang. Karena aku masih tetap ingin menolong kalian dengan jalan yang berbeda, jika kalian tak bisa mengalahkanku dengan kekuatan kalian berarti kalian lebih lemah dariku yang jelas-jelas sudah mati ini.’
Aku ingin melihat kalian menghakimi mereka dengan kekuatan penuh yang mereka miliki. Itulah salah satunya cara untuk membuat mereka menolak semua yang mereka yakini.
“Aku tak ingin mengikat kalian agar mematui perintah, dan membiarkan kalian mengikuti keinginanku. Aku disini sudah rela meski harus merelakan pada musuh. Kalian bukan keluargaku. Juga bukan orang tua, saudara, teman-teman, serta kekasih, atau orang-orang yang berharga bagi diriku. Ikatan itu sudah lama terputuskan. Dan nafas pertamaku setelah kalian semua menemukan akhir hidup kalian, maka akan menjadi nafas pertama dalam hidupku. Dan ini semua demi memberikan pelajaran bagi hidup beribu-ribu jiwa diluar sana.”
“Kawan, meski mereka semua berwajah suram, tapi kulihat dari sudut pandang lain, mereka lah yang akan membawa kalian pada kebebasan.”
‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, aku ingkari (kekufuranmu) dan telah nyata antara aku dan kamu, permusuhan dan kebencianku buat selama-lamanya sampai kamu kembali kepada Tuhanmu.’
“Wahai umat yang kikir dan bercita-cita kosong, nantikanlah kehancuran kalian. (Ibnu Abi Ad-Dunia)”
Maha Benar Allah SWT yang telah berfirman: “Jika Kami hendak menghancurkan suatu negeri, maka Kami perintahkan pada para pemimpin di negeri itu supaya mentaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan di dalam negeriitu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”(QS Al-Isra’, 16).
“Sekarang aku sudah selesai curhat dan mengomel pada kalian semua. Aku hampir tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Aku tak peduli kalian semua mau komentar apa. Aku memang orang gila, bodoh, terkutuk dan pendosa. Karena saat aku memandang orang lain, hanya keburukan dan kebodohan yang kulihat. Akhirnya, aku betul-betul dihinakan oleh Allah sampai anjing gila saja lebih mulia dariku. Dan bagiku, pujian dan hinaan sama saja karena akhirnya baik untukku. Dan aku tidak mau menceramahi siapapun lagi. Aku benar-benar telah mengambil jalan terakhir. Anggap saja perkataanku ini oleh-oleh keneraka.”
Aku hampir saja menggambarkan semua pengalaman batinku itu sebagai coming out keluar, karena untuk pertama kali suatu bagian penting namun sangat rahasia dari diriku, kini kumunculkan agar diketahui orang lain.
“Sesungguhnya Allah akan mendukung (mengokohkan) agama ini (Islam) dengan perantaraan seorang yang durhaka. (Mutafaq'alaih)”
“Jika ada orang yang melukaimu, sebenarnya dia ingin agar kamu begitu mencintanya.”
Aku selalu teringat akan masa laluku. Aku pun ingin segera pergi dari tempat itu. Keluar sana, mencari jalan kembali, dari sisi lain.

Belum ada Komentar

Posting Komentar