Sembunyi dalam Kegelapan
Kalian mungkin melihat seseorang di media massa sebagai pelaku kriminal, penyembah setan, dan sebagainya. Ikut-ikutan mengutuk, tapi beberapa diantaranya adalah calon anggota bendera hitam yang sedang diserbu setan. Dalam hadist tentang bendera hitam, wajah Rasulullah marah. Mungkin beliau marah melihat perilaku seperti itu.
Ya, memang aku ada di antara para setanis, tapi aku dan mereka adalah para pejuang Tuhan yang merasa putus asa berjuang karena sekarang adalah jaman kegelapan. Pejuang Tuhan akan memancarkan cahaya yang-hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu-sehingga mengundang perhatian Dajjal dan teman-temannya. Tentu saja cahaya-cahaya ini akan langsung dipadamkan. Bisa saja seluruh pasukan Dajjal yang tak terlihat dari segenap penjuru planet bumi menyerbu kami karena cahaya dalam kegelapan akan menarik perhatian. Kami menantikan datangnya cahaya meskipun saat ini mau tak mau harus “sembunyi dalam kegelapan” atau sengaja disembunyikan (dipingit) oleh Allah demi keselamatan kami. Bak setanis padahal pejuang Tuhan. Dan memang begitulah. Sangat susah untuk memahami orang-orang yang berkuasa didunia gelap.”
“Aku terpaksa berbohong dan menipu untuk memberitahukan apa yang sebenarnya ku rasakan. Dan mungkin akan jauh lebih “mudah” bagiku untuk tetap melakukan kebohongan ini selama beberapa waktu lagi, dan menuntaskannya. Tapi, keyakinan moral tidaklah berdasarkan waktu atau kenyamanan, aku memutuskan untuk berhenti saat ini juga.”
Dengan menjadi musuh, aku ingin memberikan kalian pelajaran yang tidak bisa aku berikan dikala menjadi teman.
Dengan menjadi musuh, aku ingin memaksa kalian meneguk pil pahit untuk pertama kalinya agar terbiasa untuk selanjutnya.
Dengan menjadi musuh, aku ingin membuat kalian mendisiplinan diri.
Dengan menjadi musuh, sungguh aku ingin menjadi penyeimbang.
Dengan menjadi musuh, aku ingin kalian hanya melihat kebaikan dan kebaikan belaka.
Dengan menjadi musuh, aku ingin membuat kalian menjadi pembela kebenaran dengan mencela lisanku, menyerangku, juga menentangku, yang karenanya mengobarkan sikap pembelaan yang hebat.
“Aku terima semua kebencian dari pembenci, karena aku ingin semua pembenci jadi pencinta. Sebab jika bukan karena nyala api yang membakarnya, aroma harum kayu gaharu takkan ada yang tahu.”
Kadang, kalian meletakkan al-haq bukan pada kadarnya. Dan dengan menjadi musuh, aku ingin menjadi penyebab kalian menegakkan keseimbangan, evaluasi dan perbaikan. Maka, jadilah pemarah atas sebab penolakan atas lisanku yang mencela. Sebab jika aku telah masuk untuk mencela, tak dapat lagi bagi kalian selain yang tersisa hanya menolak dan menentang.
“Aku tidak benci jika orang-orang mengetahui perbuatanku yang buruk, karena kebencianku atas hal itu adalah aku ingin itu sebagai bukti bahwa aku menyukai tambahan di kalangan manusia. Meski aku harus merendahkan diri, tapi aku tak merasa berat melakukannya guna melukai kesombongan yang menderaku. Dan aku tak merasa berat memberikan hidupku pada kalian semua.”
Sungguh, dengan menjadi musuh, aku ingin membuat kalian mengasah semangat, menciptakan tantangan, membuka arena, dan menggelar kompetisi untuk menegakan urusan agama ini. Hingga setiap dari kalian benar-benar terobsesi memenangkan dirinya, berambisi meningkatkan dirinya, untuk meraih kedudukan yang tinggi yang utama dalam urusan agama.
Dan dengan menjadi musuh, aku ingin menempa kalian untuk berlatih bersabar, berlatih tabah dalam menghadapi cobaan, dan berlatih membalas keburukan dengan kebaikan sekaligus penolakan. Sebab timbangan kebaikan seseorang kelak, kadang bukan buah dari amal shalih yang ia lakukan. Tetapi, ia buah dari kesabaran, buah dari bersikap baik, buah dari ridha atas ketentuan-Nya, buah dari bersikap memaafkan, buah dari cemohan orang yang tak diketahui.
“Menyakitkan bukan, mengorbankan cita-cita dan semua keinginan?”
Dan sungguh, dengan menjadi musuh, aku ingin kata-kataku membuat kalian tidak berkenan, menyesakkan hati kalian, marah. Tapi, sungguh aku tidak bermaksud membuat kalian begitu. Aku benar-benar tak bermaksud menyakiti semua orang. Sejujurnya aku adalah teman sejati kalian. Kita adalah saudara seagama. Kalau saja kalian mau melihat titik persamaan dengan memperhatikan kebalikan kata-kataku, cukup banyak niat baik yang bisa kalian temukan.
“Demi Allah, aku ingin keindahan bukan dari siapapun, melainkan aku ingin itu dari kalian.”
Demikianlah, bagi orang kaya aku menjadi seperti orang kaya, supaya aku memenangkan orang-orang kaya.
Bagi orang- orang yang hidup di bawah kemiskinan, aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah kemiskinan, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah kemiskinan.
Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum, karena aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum.
Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelematkan mereka yang lemah.
Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena rasa cinta, supaya aku mendapat bagian di dalamnya.
“Apa yang tidak kita ketahui bukan berarti orang lain tidak tahu. Aku memiliki keyakinan itu bisa terwujudkan karena aku tahu caranya. Orang-orang dulu tidak bisa membuat lampu karena tidak tahu caranya. Sedangkan Thomas Alva Edison bisa karena tahu caranya. Kalian tidak bisa browsing internet karena kalian tidak tahu caranya. Tapi karena kalian tahu caranya, kalian bisa. Jika kalian tidak bisa browsing internet, bukan berarti orang lain juga tidak bisa.”
Itulah yang benar, aku adalah malaikat dan pendosa. Aku adalah orang yang ingin jadi diri sendiri. Aku tak mau berlagak baik padahal bobrok. Buku ini aku tulis adalah untuk menanggulangi kebobrokanku. Aku bukan nabi yang memperbaiki kebobrokan sedangkan diri mereka terlindungi. Aku menerima takdir kedurhakaan karena dari awal sudah ada pemberitahuan yang membuat ku rela menerima takdir.
“Aku adalah Dajjal! Tapi aku gak punya roti untuk ditawarkan. Karena aku juga laper. Ha...ha…ha.”
Aku yakin, kalian benci Dajjal. Tapi setelah aku merenungi hadist riwayat Tamim ad-Dari, dia seolah-olah pemeran antagonis yang diberitahu tentang maksud dan tujuan perannya sehingga dia rela menerima peran dari sang sutradara. Allah memberitahu kepadanya tentang masa depannya, yang artinya, apa pun yang terjadi pada dirinya, sudah ditakdirkan sehingga dia menjalani takdir dengan jiwa yang tenang.
Bisa juga dibilang aku meniru Nabi Khidir yang merusak perahu, membunuh anak kecil, memperbaiki bangunan yang akan roboh tanpa minta upah. Nabi Khidir melakukannya karena punya alasan jelas yang tidak diketahui oleh Nabi Musa sehingga Nabi Musa bingung dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir.
Tapi pantas juga kalau kalian panggil aku “Teman si Setan”. Karena setelah 5 tahun lebih aku berteman dengan mereka, yaitu suatu kelompok dukungan sebaya untuk para setanis dan pendosa yang ingin berdamai dengan sesama, dengan diri, dan berdamai dengan Tuhan.
Aku juga yakin, kalian hanya bicara tentang keburukan setan karena kalian tak tahu tentang setan. Memang awalnya aku juga menganggap setan sebagai musuh besar. Namun keika aku bertemu setan, dengan terheran-heran, aku perhatikan wajahnya; ‘si iblis tidak jelek, juga tidak ada yang cacat, ia seorang pria yang manis dan menarik’. Akhirnya aku sadar jika setan adalah mahkluk yang sangat takut kepada Allah dan ibadah mereka adalah menyengsarakan orang-orang yang tidak taat kepada Allah. Setanlah yang membuatku malas melakukan kemaksiatan sekecil apa pun, di tingkat gen sekalipun, karena aku malas disengsarakan oleh mereka yang “bertubuh” jauh lebih kecil daripada gen manusia. Karena ulah mereka, mau tak mau aku mohon perlindungan kepada Allah dari mereka dan taat kepada Allah.
Akhirnya aku memilih jalan menuju Allah bersama para setanis, penghujat Tuhan, orang-orang yang merasa diri bodoh dan pendosa, pecandu narkoba, dan sebagainya. Karena Aku masih tetap ingin menolong orang lain dengan jalan yang berbeda, seperti yang kukatakan diatas; jika kalian tak bisa melawan dengan kekuatan kalian berarti kalian lebih lemah dariku yang jelas-jelas sudah mati ini. Jika kalian selemah itu, apa kalian pikir bisa mengalahkan yang lain?
Dengan begitu banyak yang bisa kupelajari dari kedurhakaan-kedurhakaanku. Logikanya, misalnya bagaimana aku bisa membuat program untuk pecandu narkoba kalau aku tak pernah mengalami jatuh-bangun karena candu narkoba? Bagaimana aku tahu pentingnya program family therapy kalau aku tidak broken home? Dan pelajaranku saat ini adalah tentang orang yang ilmu agamanya luas, bicara hebat tentang agama dalam ceramah dan buku-buku, terkadang betul-betul taat kepada Allah, menjadi mujahid Allah, dan sebagainya tapi waktu lain tersesat dan memilih kesesatan. Bagaimana ini bisa terjadi? Di dunia ini ada jutaan orang seperti ini. Tapi disini cukup aku saja yang mengalami gimana rasanya jadi orang gilaseperti itu.
Aku penderita apa yang aku sebut skizofrenia setanisme, yaitu skizofrenia yang berhubungan dengan setanisme. Aliran musikku blackmetal dan di dunia Underground, nama aliasku mualaf murtad. Setiap aku ingat masa-masa gilaku yang parah, aku ingin pergi jauh namun entah kemana karena aku malu ketemu orang-orang. Dulu aku suka teriak-teriak dan keluargaku pasti malu meskipun mereka mungkin masih mau menerimaku.
Tapi sekali lagi, dunia ini bukan tempat untuk orang seperti aku. Ya, aku orang durhaka, karena itulah aku suka gelap-gelapan. Dan lagi, aku salah bila dulu curhat di tempat orang-orang yang baik. Itu bukan tempat orang-orang seperti aku. Dan juga tak ada gunanya, karena yang ku dapatkan bukan bantuan, melainkan hanya sibuk melihat keburukkanku. Akhirnya aku juga jadi sibuk membela diri.
Dengan tulisan-tulisanku di atas, nama baik aku akan menjadi buruk? Peduli ada dengan nama baik. Dari dulu aku memang tak punya nama baik. Jika semua ini sesuai harapanku, aku ingin segera pergi. Aku sudah tidak mau terlibat. Kalian tak akan lagi bertemu denganku. Begitu pun sebaliknya. Hidup ini begitu berat. Aku sudah bosan menderita dan terlunta-lunta. Belum lagi masalah pribadi, datang juga masalah lain yang tidak kalah beratnya.
Dan aku mohon maaf, karena ada bagian dari tulisanku yang membahas keburukan. Dan ada niat ingin membuat semua manusia betul-betul sengsara dan dunia betul-betul kacau. Ingat, agama menggunakan logika if (jika) - then (maka) yang menjadi dasar logika komputer. If (jika) dunia kacau, then (maka) akan datang cahaya baru.
Dalam teori yin-yang, yin lama-lama bisa berubah jadi yang, begitu pula sebaliknya. Program-progam setan membuat manusia jadi yin (lemah), tapi lama-lama manusia muak mengalami kesengsaraan dan kekacauan dalam hidup sehingga mereka akan berontak dan berusaha kembali menjadi yang (kuat).
Aparat juga tidak akan bisa menjeratku secara hukum karena caraku yang ingin membuat manusia sengsara dan dunia ini kacau sangat menakjubkan. Strategi penyerangan ku meniru cara kerja HIV dan virus lainnya. Untuk membuat manusia sebuas monster, cukup dengan merusak lobus frontal di otak mereka. Aku kira, aku bisa membuat tsunami dan gempa bumi dengan mengarahkan manusia melakukan dosa tertentu.
“By the way, bagus juga nih stimulasi. Aku sekarang tahu gimana cara Dajjal bikin keajaiban-keajaiban. Dia gunakan cara neurosains. Tapi biarin ajalah, tipu daya setan itu lemah.”
Dan inilah aku yang memang terlalu berobsesi dan obsesiku sebenanrya untuk kebahagiaan seluruh alam meskipun aku hancur. Biarlah aku seperti lilin, menerangi orang lain dengan terpaksa menghancurkan diri dan setelah itu, dilupakan. Aku tidak mencari keuntungan apa pun. Aku ingin angan-anganku secepatnya terwujud. Aku merasa ajal semakin dekat karna aku sakit. Apakah aku salah punya obsesi seperti ini? Mungkin ada yang mengatakan itu memang salah, BUT I DON’T CARE. Karena aku tahu caranya agar aku tak tersesat dengan moster dari ciptaanku sendiri.
“Hahaha…lucu sekali. Aku tahu kalau aku memang orang gila tetapi ada juga yang masih menyebut aku tidak gila. Dan mengatakan jika sesungguhnya aku hanya menyeleweng dan menyelisihi dari syariat islam sekaligus terlalu berobsesi. Puji syukur, aku juga sadar jika obsesi manusia hanya terdapat ketika hidup di dunia saja, ketika manusia mati maka pupus sudah semua “obsesi” nya, yang ada hanyalah ganjaran kebaikan/keburukkan!”
Pada kesempatan ini, aku memohon bantuan kepada para pembaca untuk melakukan sholat istikharah sampai mendapatkan petunjuk yang meyakinkan. Tolong mintakan pendapat Allah, ‘benar’ atau ‘salah’ yang kutulis dalam buku ini? Karena hatiku tetap saja takut konsepnya salah dan sekaligus berharap konsepnya benar. Ketakutan dan harapan bercampur menjadi satu. Ketika aku takut, aku berharap konsepnya benar. Namun saat berharap, aku takut salah karena apa yang aku dan orang lain pahami belum tentu benar. Karena tipe kebenaran itu sebanyak jumlah manusia didunia ini. Selain itu, karena banyak sekali perdebatan, perbedaan pendapat, kebohongan, kelicikan, unsur politik, bisnis, melindungi paham kelompok, dan bla, bla, bla.
Sebagai contoh, kita merasa dalam hidayah ketika kita “menakut-nakuti” orang lain dari seks bebas agar terhindar dari bahaya HIV/AIDS. Kita tampilkan ayat-ayat al-qur’an dan hadist untuk meyakinkan kaum muslimin bahwa menanggulangi HIV adalah dakwah. Ternyata sekarang ada pernyataan-pernyataan para ahli bahwa HIV itu tidak ada dan masalah HIV hanyalah bisnis besar dunia medis sebab para ODHA harus minum ARV seumur hidup karena takut terhadap keganasan HIV yang ada didalam tubuhnya.
Semakin kita buat masyarakat takut HIV, keuntungan besar akan diperoleh oleh mereka. Dengan keuntungan yang melimpah, tentunya mudah bagi mereka menyisihkan sedikit dana untuk mendanai kegiatan kita dalam menyebarluaskan informasi bahaya HIV/AIDS. Kita merasa sedang berdakwah padahal sedang dijadikan alat promosi dan kita berdosa karena telah menyebarluaskan informasi menyesatkan yang membuat jutaan manusia di seluruh dunia yang terinfeksi HIV putus asa menjalani hidup. Benar juga pernyataan iblis bahwa manusia akan dibuat merasa dalam hidayah padahal sedang berada dalam kesesatan.
Untuknya aku tunggu hasil istikharah kalian semua dan mohon kirim pesan ke inbox dilaman Facebookku di “Farris Rahal” atau ke alamat e-mail “rahalfarris@gmail.com”. Kalian juga bisa kirim sms ke talian +6287835751610 dan aku mohon atas bantuannya.
“Di akhirat nanti, bukan persidangan yang adil jika terdakwa tidak diperbolehkan membela diri. Aku harus membela diri bahwa aku benar meskipun sejak sekarang aku berharap Allah mengampuniku. Jika bisa, sebelum persidangan dimulai, aku akan membacakan pernyataan-pernyataan Allah bahwa Allah Maha Pengampun, kasih sayang Allah mendahului murka-Nya, dsb.”
“Ya Tuhan ku, ampunilah dosa-dosaku, dan tindakanku yang berlebih-lebihan dalam urusanku. Dan tolonglah aku terhadap orang-orang yang memusuhi agama-Mu.”
***
“Kematian dan kehidupan ada dalam kekuatan lidah; dan mereka yang suka akan memakan buah daripadanya.” Sulaiman dalam Proverbs 18:21
“Karena sakit, tubuhku tak akan berumur sepanjang keinginanku. Selain itu, aku yang sudah sendiri juga akan hancur. Dan, aku yang sebagai keberadaan yang tak dikenal ini, ingin membawa sebagian ambisi dari cita-citaku menetap dalam hati setiap orang. Sebab hariku adalah hari ini. Umurku hanya tinggal hari ini. Masa hidupku hanya hari ini, aku dilahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga. Dan hanya hari ini aku dapat menghirup udara kehidupan; tapi setiap menitnya lamanya ribuan tahun dan setiap detiknya laksana ratusan bulan.
Aku juga akan terhibur jikalau aku tengah berpikir harapanku tertunda. Mungkin saat itu aku telah kehilangan energi emosional dan motivasi, kreativitas dan produktivitasku mulai jungkir balik. Sebab aku telah tiada. Aku juga tak akan takut impianku akan menarik diri, cepat atau lambat jika ada yang mencegahnya sekali pun.
Mungkin visi dan harpanku terlepas dariku; karena sayang, aku telah mati dan impianku menjadi yang paling cepat bosan dengan segala sesuatu yang berbau kerutinan dan selalu mencintai segala sesuatu yang kreatif.
“Aku akan merasa aman dikuburku dengan rasa cinta dan komitmen ini; keamanan untuk mampu mengekspresikan perasaan dan pendapat tanpa diinterupsi dan dikritisi. Itulah mengapa meski aku sakit, aku tak pernah mau memangggil dokter; karena ia hanya memperpanjang hukumanku dalam penjara ini dengan obat-obatnya. Hari-hari perbudakan telah usai, dan ruhku mencari kebebasan.”
Dengarlah aku dan berilah aku kesempatan sekali lagi untuk berbicara tentang hari-hariku. Agar aku merasa bernilai atas siapa diriku, bukan hanya yang aku lakukan. Mengapa? Karena agama ini yang selalu ada disisiku. Setidaknya, yang terakhir kali nanti, terakhir ini, aku juga ingin tetap berada disisi-Nya. Kalau bisa, aku ingin kalian juga ditempat yang sama.
Diriku, sebagai keberadaan yang akan hancur, ingin mempunyai sesuatu yang akan membuat semua orang mengingatku. Karena seperti keyakinanku, seorang pria itu diburu oleh keabadian. Bila tak melakukan hal besar, tak akan ada yang mengingat namaku.
‘Kerianganku adalah akan adanya diriku sekarang untuk selamanya, merupakan sublimasi tertinggi dari kehendakku.’
Aku tak ingin mati tanpa diperlukan siapapun. Aku tak ingin mati tanpa membiarkan apapun. Aku juga tak ingin mati tanpa memiliki kebebasan dan cita cita.
Aku tak bisa hanya disekitar sini dan berpijak di atas keinginan itu. Aku ingin menjadi kenangan berharga bagi setiap orang. Dan aku ingin jadi orang yang tak pernah ada selama ini. Bahkan saat nanti matipun aku ingin tetap hidup.
‘Aku terpaksa menodai namaku sendiri. Dan aku sadar aku akan dibenci karena menukar cinta untuk kebencian. Tapi begitulah aku, jadi orang tersisih. Manusia jatuh dan bangun seperti juga musim dingin. Tapi aku tak ingin namaku mati. Aku bisa membuat pilihan yang tak bisa diambil orang lain. Karena bagiku ini lebih penting dari apapun. Biarpun dibenci orang, itulah pengorbananku. Itulah aku, aku tak sedang mencoba menjadi pahlawan, tapi lebih dari itu.
Dan jangan kalian kira, aku tak bisa mati tanpa senyum di wajahku. Karena aku meninggalkan namaku bukan untukku sendiri. Aku bahagia. Seperti yang akan kalian lihat, aku akan terus mengangkat wajah sampai akhir.’
Selama ini, mungkin aku hanyalah orang yang selalu dianggap remeh. Tapi aku ingin menghabiskan waktuku untuk menjadi orang yang menakjubkan. Jika nanti orang lain menulis ceritaku, biar mereka mengatakan aku berjalan melawan raksasa. Biarkan mereka bercerita aku hidup dijamannya Osama. Biarkan mereka nanti bercerita aku hidup dijamannya Presiden Obama.
“Hari ini kulihat burung burung terbang bebas, dengan perasaan yang terlihat benar benar bahagia. Untuknya aku ingin kembali ketempat dimana semua orang menunggu, untuk melihat bagaimana kisah dunia ini berakhir.
Dan setan-setan itu, sekarang telah membawaku pada kesenangan yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang menderita skizofrenia seperti aku. Benar, suara-suara itu telah mengisi tempat khusus dalam hidupku. Tanpa mereka, aku merasa kesepian.”
Belum ada Komentar
Posting Komentar