Media Massa
Pada
tangan negara-negara sekarang ini ada suatu kekuatan yang besar yang
menciptakan pergerakan pemikiran dikalangan rakyat, dan itulah pers atau
media massa.
Melaluinya, tujuan kita menguasai pemerintah jadi mudah karena tak akan
ada perlawanan. Bagian yang diperankan oleh pers akan selalu menunjuki
kebutuhan-kebutuhan yang diperkirakan tak dapat dihindari, menyampaikan
suara rintihan rakyat, ataupun menyatakan dan menciptakan
ketidak-puasan.
Dalam
pers kemenangan kebebasan berbicara memperoleh tempatnya. Dan tak ada
yang tahu bagaimana menggunakan kekuatan ini. Dan akhirnya jatuh ke
dalam tangan kita sampai dimana setiap berita dan informasi melalui
kantor-kantor berita ke semua penjuru. Berdasarkan maksud dan tujuannya,
kantor-kantor berita ini menjadi intuisi kita dan meyiarkan hanya yang
kita izinkan.
Melalui pers, kita memperoleh kekuasaan untuk berpengaruh, sementara kita sendiri tetap dalam bayangan (naungan). Dengan pers kita mengausai emas, tanpa perlawanan kita mengumpulkannya keluar dari lautan darah dan air mata, meskipun telah banyak pengorbanan.
Kita
bisa mengubah aluran ekspos dari masalah-masalah pemerintahan dan
keagamaan dan tentang ketidak-becusan Negara, apalagi yang menggunakan
istilah-istilah yang melecehkan sedemikian rupa (yang mendekati
penghinaan).
Kita menangani pers dengan cara-cara berikut :
1. Kita
menungganginya dan mengendalikannya dengan ketat. Kita juga melakukan
hal yang sama dengan barang cetakan. Kalau kita tetap terbuka terhadap
kecaman melalui famlet dan buku-buku, kita perlu melepaskan diri kita
dari serangan-serangan pers.
2. Tak
boleh satupun pernyataan sampai ketangan masyarakat diluar pengawasan
kita. Suatu saat nanti dan untuk itu kita mulai dari sekarang, kita
harus mencapai pada suatu tingkatan dimana semua berita disalurkan
melalui kantor-kantor berita yang kita kendalikan dari seluruh tempat
kita berada.
3. Literature
dan jurnalisme merupakan dua kekuatan pendidikan yang sangat penting,
dan karena itu kita harus menjadi pemilik sebagian besar dari
jurnal-jurnal yang ada. Kalau ada sepuluh sepuluh jurnal swata, maka
kita harus memiliki tiga puluh jurnal kita sendiri, dan seterusnya.
Media Cetak
Tanpa mengesampingkan kalimat yang indah kita akan berbicara tentang arti dari setiap pikiran kita, dengan menggunakan metode komperatif dan deduktif untuk menyorot fakta-fakta seputar. Tentang apa yang harus kita uraikan
adalah dengan menggunakan system kita dari dua titik pandang yaitu
dari titik pandang kita sendiri dan dari titik pandang mereka (bukan kita).
Untuk
mencapai target mempengaruhi dan menguasai masyarakat dunia hingga
mereka masuk dalam alam pikiran kita, kita mesti bekerja siang dan
malam. Dengan berpedoman pada program yang telah digariskan, rencana
kerja akan senantiasa rapi dan terlaksana dengan rapi. Walaupun rencana
kita beragam, perencanaan kita tetap senantiasa bermuara pada satu
tujuan.
Dalam kenyataan, kita dapat berperan sebagai apa saja. Namun, posisi dan pengaruh kita itulah yang menjadi prioritas pertama.
Lalu,
bagaimana caranya kita mempengaruhi dan menguasai masyarakat dunia
hingga mereka masuk dalam alam pemikiran kita, hingga gambaran kita yang
dulu dipandang sebelah mata, hina, jelek, dan pengecut dapat berubah
menjadi sosok yang cerdas, pemberani, jenius, tekun, kreatif, pakar, dan
penuh cita-cita?
Pada
dasarnya, keberhasilan tidaklah datang tiba-tiba, tapi dari hasil
perjuangan panjang dan kerja keras setelah melalui perencanaan matang.
Lagi pula kita tahu benar bahwa satu-satunya jalan untuk memperbaiki
citra di hadapan masyarakat internasional adalah dengan mendominasi
media massa internasional. Karena media massa sangat berpengaruh dalam
menentukan jabatan seseorang dan opini public. Itulah sebabnya kita
mendominasinya untuk melancarkan rencana-rencana kita.
"Jika emas merupakan kekuatan pertama untuk mendominasi dunia, maka dunia jurnalistik merupakan kekuatan kedua bagi kita."
Mengapa?
Sebab,
cita-cita mendirikan negara (dunia kita sendiri) tidak akan terwujud
tanpa pengubahan atas media massa. Maka, mari kita mulai mengubah citra
buruk ini melalui pengubahan persepsi masyarakat internasional pada
umumnya. Dengan mengekpos berbagai penderitaan kita dulu, dunia akan
merubah opininya dan memberi kita keuntungan yang besar. Mereka (dunia)
akan simpati dan memberi dukungan sepenuhnya terhadap kita.
Kita
akan sumberkan tujuan kita pada satu tekad, yakni menguasai
kantor-kantor berita (terutama bidang keredaksiannya) agar setiap berita
yang datang dapat kita sensor seperti keinginan kita. Semuanya akan
kita tambah lagi dengan jumlah majalah mingguan dan disampaikan dengan
rubrik yang lucu agar oplahnya luar biasa.
Kita
rekrut kalangan kita sendiri sebagai tenaga administrasi, mekanik, dan
reportasi. Karena itu akan memudahkan terlaksananya progam-progam kita.
Dan seiring berlalunya waktu, kita akan menguasai intansi pemerintah
juga. Kita tempatkan orang-orang kalangan kita juga di intansi-intansi
itu, hingga pada akhirnya kita akan menguasai aktivitas bidang ekonomi
dan sumber daya alam.
Kita
dengan mudah akan mengawasi seluruh aktivitas lawan melalui berbagai
sarana ini (dengan rencana dan system kerja yang berdasarkan prinsip
kerja dibawah tangan agar dapat mengumpulkan data secara akurat). Kita
akan membinasakan para pejabat yang berskandal dan merugikan Negara.
Pertama, dengan pers kita dapat mengumpulkan skandal-skandal
pribadinya. Dan akhirnya, kita dapat mengancam mereka. Misalnya, para
koruptor dapat kita cemarkan dan kita binasakan namanya pada khalayak
umum agar rakyat tahu siapa sebenarnya musuh Negara. Dan kekuatan rakyat
akan turun kejalan-jalan menuntut mereka.
Pengaruh
kita akan kuat dan semakin besar. Berkat dominasi terhadap media massa,
kita akan sangat piawai dalam melakukan berbagai lobi pada posisi yang
sangat vital. Bahkan kita bisa menggeser seorang pemimpin yang kurang
cakap dalam menjalankan urusan Negara dengan menggambarkan dia dalam
mimik muka yang gembur dan mengekspresikan kelemahan sekaligus
kepikunan. Akhirnya, orang yang kita rasa pantas memegang tampuk
kepemimpinan dapat memperoleh suara terbanyak (dalam pemilihan umum).
Kita
juga tak tidak hanya terbatas pada surat kabar politik, tetapi kita
akan merambah juga pada harian dan mingguan sosial, ekonomi, dan seni.
Majalah misalnya adalah media yang potensial dalam memuat sudut pandang
kita dalam masalah ketenagakerjaan. Surat kabar pun dapat kita buka
untuk ide-ide kita dalam meneriakkan keinginan-keinginan kita, terutama
dalam hal aktivitas politik.
Klimaks
pengaruh kita (jika tercapai), kita berhasil mempengaruhi pemerintah
agar membreidel harian tandingan yang berusaha merintangi kita dalam
menyuarakan ide-ide kita. sekaligus kita memenjarakan pemiiliknya.
Misalnya, dengan alasan harian tersebut telah memuat artikel yang
mencemarkan nama baik kita. Nanti dalam perkembangannya, kita akan
semakin memperketat kontrol dan dominasi atas media cetak agar kita
dengan mudah dapat memuat program memasyarakatkan ajaran tentang moral
dan membuang dekadensi moral; adab dan sopan santun dan menghapus
prostitusi; dan menyingkirkan kebobrokan lainnya. Hal yang penting lagi,
kita dapat memanfaatkannya sebagai pengarah politik untuk mengejar
target kita, sehingga para pejabat dengan KKN-nya dapat kita singkirkan
semudah membalikkan tangan.
Masyarakat
dunia akan kecanduan dan menerima media massa yang kita sebarkan. Semua
informasi negative yang dapat meresahkan umat, kita singkirkan atau
setidaknya dapat kita letakkan di kotak kolom pinggiran sebagai catatan
kecil (sehingga tak terbaca, diabaikan, atau terlewatkan). Mereka tidak
akan melihat berita tersebut menjadi berita utama dan dapat kita cap
sebagai berita-berita yang belum dianggap layak dimuat oleh media massa
sebagai berita utama. Atau bahkan kita bisa menyingkirkannya.
Jika kita benar-benar berhasil, kita akan memegang aktifitas politik, moneter, ekonomi, dan kebijaksanaan pemerintah.
"Media
massa merupakan potensi yang harus kita kuasai untuk mempengaruhi opini
publik. Karena para pemimpin sekarang tidak mampu memanfaatkannya,
potensi ini harus jatuh ketangan kita. Karena, melalui media massalah
kita akan terus menanamkan pengaruh tanpa kita harus terjun langsung
dalam relitas dunia.”
“Melalui pers kita memperoleh kekuasaan untuk mempengaruhi (berpengaruh) sementara kita sendiri tetap dalam bayangan (naungan). Pers yang menyebabkan kita mengausai emas. Tanpa perlawanan kita keluar dari lautan darah dan air mata.”
Perfilman
Kita
juga akan berhasil mendominasi perusahaan-perusahaan film. Juga seluruh
pekerjanya adalah orang-oran kita, juga yang menduduki jabatan
produser, editor, artis, dan kru lainnya.
Kita,
tanpa menghadapi saingan dari pihak lain. Kita pun bisa
membebas-tugaskan para pekerja yang kita anggap tidak loyal. Jadi, semua
kru yang bergabung di situ hanyalah orang-orang kita. Akhir dari itu,
industry perfilman akan berubah menjadi bisnis abad modern tempat
memperdagangkan publikasi program-progam kita yang kemudian kita
sebarkan ke berbagai negara sehingga generasi muda dunia mengidolakan
kita.
Bukan
hanya industrynya saja, kita akan mempunyai bioskor-biskop yang
tersebar keseluruh penjuru sebagai tempat meyensor film-film yang akan
dipublikasikan dan mempublikasikannya.
Target
terkecil kita adalah para anak-anak muda dan buruh kecil, (karena
mereka sangat dengan mudah dipengaruhi). Dan yang terbesar adalah
rumah-rumah mewah_orang kaya, (dengan mendistribusikan film film yang
berisi progam-progam kita) untuk menghancurkan kebiasaan kotor mereka
yang menonton film-film yang tak berguna.
Dominasi atas Jaringan Televisi
Jaringan
televisi merupakan acuan dan barometer politik suatu Negara; tempat
pengubah opini masyarakat; serta pengundang decak kagum penonton lewat
penggambaran peristiwa maupun hiburan dengan efek tekhnologi.
Melaluinya, dapat pula sebagai pengeruk simpati dan penghargaan dari
masyarakat. Sebanyak itulah manfaat dari jaringan teleevisi, maka tak
perlu heran kalau kita pun juga meguasainya. “Meski
kita harus melewati peperangan, agresi, intervensi, dan akibat yang
memilukan, kita tak perlu peduli. Karena tujuan mulia, akan selalu di
keliling rintangan.”
Dengan
televise, kita memperoleh kebebasan dalam mengatakan tujuan kita pada
public. Caranya dengan merekrut bintang-bintang televisi, lantas kita
undang mereka untuk berkunjung dan bertemu dengan kita. Pada akhir
acara, kita minta mereka untuk mengungkapkan kesan-kesan selama bersama
kita, dan hasilnya kita ungkap ke berbagai media massa sekaligus
sebagai sarana promosi.
Lagi,
lewat televisi kita upayakan untuk meyakinkan opini publik akan
keadilan dan kebijakan kita. Misalnya dengan menggambarkan seorang
pemimpin kita dalam sebuah berita yang menghadapi protes para demonstran
yang menentang pribadinya cukup dengan senyum. Langkah selanjutnya
seusai pengambilan gambar itu, kita tayangkan wawancara dengan
seseorang; misalnya dengan salah satu demonstran, yang mengatakan jatuh
hati pada sosok pemimpin itu, “Dia begitu jujur dan rendah hati. Jiwanya kosong dari kepalsuan,...." dst.
Lihatlah keuntungan yang besar itu! Bukankah itu begitu berharga untuk dimiliki?
Dunia Bioskop
Seni
dalam drama selalu berisi dengan system yang ada tentang
ketidak-puasan. Di dalamnya selalu saja ada “lakon” (pemain) kebaikan
kalah melulu dan akhirnya hanya menang di saat- saat akhir, dan
kejahatan digambarkan dengan sangat nyata dengan kebobrokan moral para
penjahatnya. Dan untuk selanjutnya, harga mati untuk menghidupkan
drama-drama itu semakin jauh, dan lebih jauh dari itu mendominasi
mayoritas panggung teater untuk promosi langkah ide-ide kita.
Dominasi
atas produk drama merupakan program untuk memperbaharui akhlak generasi
muda. Yang jelas suatu saat nanti, oang-orang harus mengingat kita
sebagai pembaharu (penghalau kebobrokan moral). Lewat drama, kita
promosikan adegan-adegan kebaikan melawan kejahatan dengan konsep yang
lain. Sebuah konsep sederhana yang dulu kebaikan selalu mendapatkan
kekejaman dengan gambaran yang sangat menyiksa dan hanya menang
disaat-saat terakhir saja, kita ganti dengan setiap kejahan yang muncul
selalu kalah si sepanjang cerita dan menambah sisi kemenarikannya dalam
betapa indahnya kebaikan. Hal demikian perlu dilakukan untuk menarik
penonton yang telah kehilangan alur cerita yang dulu menjadi obkek
perhatian.
Penerbitan Buku
Setidaknya
lebih dari lima puluh persen perusahaan penerbitan dan percetakan kita
kuasai penuh. Tujuannya adalah untuk mengontrol dan menolak setiap buku
yang bertentangan dengan kaidah moral dan kebaikan yang berekembang
dimasyarakat. Tak lupa pula buku-buku
pelajaran sekolah. Dengan sengaja kita ramu buku-buku tersebut. Sengaja
kita pilih pelajar untuk kita cuci otaknya agar mereka mengabdikan diri
pada kepentingan Negaranya.
Perlu
kita tekan sekolah-sekolah agar mewajibkan siswa-siswanya mempelajari
buku-buku sejarah dan "Bagaimana seharusnya Kita Berkembang" sebagai
kurikulum agar anak-anak didik ini memiliki keyakinan historis dan
agamis tentang keberadaannya sebagai bagian dari bangsa dan Negara yang
menjadi tumpuan bangsa.
Melalui dominasi
atas opini publik dan organisasi-organisasi, kita dapat mengeruk
berbagai keuntungan. Walau memang, jalan kita tak akan senantiasa mulus
(karena ada penghalang yang anti dan menolak eksistensi kita walaupun
karir politik atau bahkan nyawa mereka adalah taruhannya).
Karena mereka merasa begitu kita remehkan. Kita katakan saja pada mereka, “Serahkan semua urusan itu kepada kami, hanya kami yang dapat mengaturnya.” Barulah
mereka akan paham bahwa kita memang lebih tahu (karena kita memiliki
tombol yang menghubungkan kita dengan bank dan media massa). Bisa kita
bayangkan, bagaimana mereka akan memandang kita nantinya?
Gambaran
itu memperjelas peran media massa memang sebagai mata pedang yang siap
menebas batang leher para penghalang. Dengan kekuatan itu, kita leluasa
melancarkan program kita. Tidak akan ada yang berani menentang kita.
Kalau pun ada, mereka akan kita ungkap skandal dan keburukannya ke
masyarakat luas. Agar mesyarakat tahu siapa yang sebenarnya salah dan
siapa yang benar-benar mendukung mereka.
Kita
dapat juga mem-PHK-kan (memenjarakan) jika ia seorang pejabat atau kita
bangkrutkan jika ia seorang pengusaha. Sekarang, yang ada adalah
masyarakat melihat dunia dengan melalui media massa kita, mulai dari
presiden hingga anggota kongres dalam pemilihan presiden, kepala negara
bagian (provinsi), atau anggota kongres, hingga wali kota/bupati atau
anggota suatu organisasi pun.
“Saudara-saudara,
kita tidak akan lagi takut kepada siapa pun. Setelah hari itu terwujud,
tidak seorang pun yang berani menggugat kita. Jika ada yang hendak
menghadang kita, kita akan menghantamnya dengan media massa kita. Kita
akan mengungkap skandal-skandalnya hingga mereka terasing dari
masyarakat dan mereka akan mengasingkan diri juga.”
Kita
memang pantas jika berbangga hati. Kita menguasai media massa
internasional, menguasai industri- industri perfilman, radio, media
penerangan, dan media massa. Namun, tak perlu berlebihan agar kita siap
dalam menghadapi perubahan.
Percayalah,
keadilan dan peradilan yang kita idam-idamkan akan terwujud dan dunia
akan terkendali. Penduduk dunia akan bertepuk tangan untuk orang-orang
yang dibanggakannya, kita.
Masyarakat akan menghina orang-orang yang kita hinakan (yang merugikan
Negara). Hingga masyarakat tidak akan berpikir selain yang kita
pikirkan.
Belum ada Komentar
Posting Komentar