e-Book "Protokol"
Mengapa
ketika semakin banyak hal yang berubah, namun pemerintah tetap tak
berubah? Mengapa masyarakat tampak tak pernah berkembang? Kebanyakan
masyarakat yang berkembang selalu berpikir bahwa dunia itu sangat besar
dan kita percaya dunia berjalan sesuai dengan jalannya karena ini adalah
arah kemanusiaan yang telah diambil dan dipilih.
Tapi, tahukah bila sejarah tidak tercipta secara kebetulan, namun lebih-lebih karena desain. Sudah saatnya kita ikut dalam scenario pembuatan sejarah. Bukahkah membosankan melihat dan mengamati segala sandiwara. Apa tidak lebih baik kita menjadi, “manusia yang akan menciptakan segalanya terjadi, bukan yang mengamati ataupun melihat kenapa segalanya bisa terjadi”.
Kita semua tahu, mungkin juga, jika kita pergi (dari penderitaan ini) dan menetap di tempat yang tak diketahui orang lain kita akan hidup tenang. Kita akan mempunyai pasangan hidup yang menyayangi kita. Mereka akan mengenal kita sebagai seorang yang bertanggung jawab. Kita juga akan mempunyai anak yang akan meyayangi kita. Dan mereka akan mengenal kita sebagai orang tua yang baik. Mereka akan menikah, mempunyai anak, dan anak-anak mereka akan mengenal kita juga sebagai kakek dan atau nenek yang baik.
Namun, waktu akan memakan kita. Suatu saat nanti kita akan mati. Walau pasangan kita juga akan mengenang kita, namun mereka nanti juga akan mati. Meski anak dan cucu-cucu kita akan mengenang kita, tapi mereka toh akan menyusul kita. Sampai saat itu nama kita akan hilang. Itu artinya tak ada yang akan mengenang kita. Kita benar-benar lenyap.
Apakah cuma seperti itu? Hilang tanpa ada yang mengingat kita? Seakan-akan kita hanya sebagai pelengkap dunia dan tak penting.
Kita harus lahir. Kita harus menguasai dunia. Kita harus memegang kekuasaan. Karena, jika kita berada dipuncak dunia, kita bisa melakukan apa pun yang kita mau. Ya seperti Dewa, kita juga akan mampu menghentikan perang.
Bukankah dari dulu kita mempunyai ikatan kesejahteraan, emosi, agama, dan kita adalah umat pilihan Tuhan? Untuk itu kita harus menjadi pembicaraan diatas panggung sejarah peradaban manusia. Mari kita satukan penderitaan dan harapan kita dalam cinta dan harapan. Lambangkan diri kita sebagai jiwa-jiwa yang penuh dengan tantangan menatap bahaya penuh resiko, badai, dan tantangan. Rumuskan hidup bukan sekedar tabah menghadapi setiap penderitaan, akan tetapi mencintai penderitaan itu sendiri.
Jika kita selalu hidup dalam
nilai dan semangat dalam bahaya,
Jika kita selalu hidup di tepi gunung berapi yang
aktif,
Jika kita selalu jelajahi lautan dengan kapal-kapal,
dan jika kita selalu hidup dalam keadaan
perang,
maka kita akan mampu menemukan kedamaian dan ketenangan hidup.
Mari kumpulkan pandangan hidup kita pada kekuatan, kebijaksanaan, kemanusiaan, dan cinta dalam menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan --dengan karakter yang cerdik— sehingga kita akan melahirkan took-tokoh dunia di segala bidang, serta tak terkalahkan dalam ajang kegagah-perkasaan dalam mewujudkan diri.
Memang penting membiarkan diri kita untuk sekedar lebih baik daripada kita yang kemarin, namun kita tak boleh membiarkan orang lain lebih baik dari kita. Kita harus menguasai apapun, sampai tak ada lagi sekat yang membatasi gerak, ruang, dan waktu kita. Kita harus menghimpun semuanya dengan aturan, norma, ataupun kaidah yang khas dengan hukum kita.
Jangan khawatir akan adanya rintangan, sebab kita adalah makhluk pilihan Tuhan. Kita pasrahkan segenap kemaujudan kita pada bimbingan langsung Tuhan yang menciptakan kita. Yang akan kita lakukan sama sekali bukanlah tindakan kita sendiri saja. Dan bukan hanya di dukung persiapan manusiawi kita, karena persiapan kita dilakukan oleh Tuhan sendiri, begitu pula keseluruhan ilham. Bila kita bicara, maka pembicaraan kita dari semangat Tuhan. Itulah sebabnya ucapan-ucapan kita harus terdengar oleh dunia, karena ucapan kita berdenyut mukjizat dan revolusioner yang akan mencapai reputasi dunia.
Kita harus menjaga perintah Tuhan, bukan mencari jalan lain untuk menghindari hukum Tuhan. Kita harus menghindari dari yang dilarang Tuhan, bukan seperti orang yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Kita relakan takdir kita yang dulu telah terbuang. Kita harus memutuskan untuk ini, dan bicara dengan diri sendiri, serta mengikat tubuh kita dengan ini.
Kita layaknya bintang yang terang dengan tiga perkara; ilmu alim Ulama’ kita, politik raja-raja dan kebijaksanaan ahli hikmah. Dan siapa saja yang mengikuti kita, mereka berarti mendapat petunjuk.
Mari kumpulkan pandangan hidup kita pada kekuatan, kebijaksanaan, kemanusiaan, dan cinta dalam menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan --dengan karakter yang cerdik— sehingga kita akan melahirkan took-tokoh dunia di segala bidang, serta tak terkalahkan dalam ajang kegagah-perkasaan dalam mewujudkan diri.
Memang penting membiarkan diri kita untuk sekedar lebih baik daripada kita yang kemarin, namun kita tak boleh membiarkan orang lain lebih baik dari kita. Kita harus menguasai apapun, sampai tak ada lagi sekat yang membatasi gerak, ruang, dan waktu kita. Kita harus menghimpun semuanya dengan aturan, norma, ataupun kaidah yang khas dengan hukum kita.
Jangan khawatir akan adanya rintangan, sebab kita adalah makhluk pilihan Tuhan. Kita pasrahkan segenap kemaujudan kita pada bimbingan langsung Tuhan yang menciptakan kita. Yang akan kita lakukan sama sekali bukanlah tindakan kita sendiri saja. Dan bukan hanya di dukung persiapan manusiawi kita, karena persiapan kita dilakukan oleh Tuhan sendiri, begitu pula keseluruhan ilham. Bila kita bicara, maka pembicaraan kita dari semangat Tuhan. Itulah sebabnya ucapan-ucapan kita harus terdengar oleh dunia, karena ucapan kita berdenyut mukjizat dan revolusioner yang akan mencapai reputasi dunia.
Kita harus menjaga perintah Tuhan, bukan mencari jalan lain untuk menghindari hukum Tuhan. Kita harus menghindari dari yang dilarang Tuhan, bukan seperti orang yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Kita relakan takdir kita yang dulu telah terbuang. Kita harus memutuskan untuk ini, dan bicara dengan diri sendiri, serta mengikat tubuh kita dengan ini.
Kita layaknya bintang yang terang dengan tiga perkara; ilmu alim Ulama’ kita, politik raja-raja dan kebijaksanaan ahli hikmah. Dan siapa saja yang mengikuti kita, mereka berarti mendapat petunjuk.
Kita laksana
pedagang batu permata, kita adalah si Pedang Mutiara. Dan buatlah semua
orang sayang kepada kita, serta relasi dari berbagai golongan termasuk
para jendral dan mentri-mentri dari Negara lain. Dengan adanya mereka di
banyak tempat, mereka akan membantu kita dengan pengaruhnya.
Mari kita takhlukkan mereka yang memangsa kaum yang ketakutan. Mari kita binasakan mereka yang mengambil hak-hak kita. Sebab kita adalah seumpama setinggi-tingginya manusia. Karena kita lah yang mempunyai cita-cita demi dunia yang berkeadilan dan berperadilan. Kita setinggi menara yang tinggi. Gunakanlah kata hati kita, jangan pikiran kita. Sebab kata hati adalah firman dari Tuhan. Gunakanlah hati kita ketika menghadapai saudara-saudara kita, karena kita semua adalah sama. Buanglah hati kita ketika menghadapi musuh-musuh kita, karena mereka itu bukanlah sekali-kali saudara kita. Saudara kita adalah yang yang seperti kita (yang membenci kepalsuan dunia).
Meski kita di tempat-tempat yang berbeda, berbahasa yang berbeda, serta berkedudukan yang berbeda-beda, namun kita adalah tetap satu. Satunya kita berbeda dengan satunya orang lain yang bukan ‘kita’. Kita adalah suatu masyarakat yang berbeda, dan kita harus bisa menyembunyikan identitas kita dengan cara apapun. Kita sadar sebagai suatu masyarakat dan perlunya bersatu membentuk pertahanan bersama uantuk mencapai tujuan bersama.
Berlaku adillah kalian semua pada sesama saudara kita, sesama orang-orang yang seperti kita, sehingga setiap dari kita akan menjadi seorang yang kaya raya dan menjadi pemimpin dimanapun kita berada, menjadi protocol pembuat progam dan pembuat keputusan kebijaksanaan yang akan menjadi hukum-ekonomi.
“Dengan uang kita dapat kembali kedunia yang kita impikan, kedunia yang penuh dengan keadilan dan peradilan. Karena dunia kita tegak dengan uang dan agama (selain tegak dengan perjuangan) juga ditegakkan dengan uang.”
Bila kita tenggelam, kita akan menjadi suatu kelas proletariat revolusioner, pemanggul ide dari organisasi evolusioner; bila kita bangkit, dipastikan akan bangkit pula kekuasaan keuangan kita yang dahsyat.”
Karena kita, dengan uang akan mampu memegang pemerintahan termaju (dibelakang layar). Kita bisa bertemu kapan saja, dimana saja, dalam perang atau damai. Kita akan terhindar dari public dan tak tersentuh hukum.
Inilah pandangan sejati, pandangan yang telah lama terpendam. Maka suatu saat nanti, jika kita bercermin, kita akan melihat diri kita sebagai seorang yang berharga.
Mari kita takhlukkan mereka yang memangsa kaum yang ketakutan. Mari kita binasakan mereka yang mengambil hak-hak kita. Sebab kita adalah seumpama setinggi-tingginya manusia. Karena kita lah yang mempunyai cita-cita demi dunia yang berkeadilan dan berperadilan. Kita setinggi menara yang tinggi. Gunakanlah kata hati kita, jangan pikiran kita. Sebab kata hati adalah firman dari Tuhan. Gunakanlah hati kita ketika menghadapai saudara-saudara kita, karena kita semua adalah sama. Buanglah hati kita ketika menghadapi musuh-musuh kita, karena mereka itu bukanlah sekali-kali saudara kita. Saudara kita adalah yang yang seperti kita (yang membenci kepalsuan dunia).
Meski kita di tempat-tempat yang berbeda, berbahasa yang berbeda, serta berkedudukan yang berbeda-beda, namun kita adalah tetap satu. Satunya kita berbeda dengan satunya orang lain yang bukan ‘kita’. Kita adalah suatu masyarakat yang berbeda, dan kita harus bisa menyembunyikan identitas kita dengan cara apapun. Kita sadar sebagai suatu masyarakat dan perlunya bersatu membentuk pertahanan bersama uantuk mencapai tujuan bersama.
Berlaku adillah kalian semua pada sesama saudara kita, sesama orang-orang yang seperti kita, sehingga setiap dari kita akan menjadi seorang yang kaya raya dan menjadi pemimpin dimanapun kita berada, menjadi protocol pembuat progam dan pembuat keputusan kebijaksanaan yang akan menjadi hukum-ekonomi.
“Dengan uang kita dapat kembali kedunia yang kita impikan, kedunia yang penuh dengan keadilan dan peradilan. Karena dunia kita tegak dengan uang dan agama (selain tegak dengan perjuangan) juga ditegakkan dengan uang.”
Bila kita tenggelam, kita akan menjadi suatu kelas proletariat revolusioner, pemanggul ide dari organisasi evolusioner; bila kita bangkit, dipastikan akan bangkit pula kekuasaan keuangan kita yang dahsyat.”
Karena kita, dengan uang akan mampu memegang pemerintahan termaju (dibelakang layar). Kita bisa bertemu kapan saja, dimana saja, dalam perang atau damai. Kita akan terhindar dari public dan tak tersentuh hukum.
Inilah pandangan sejati, pandangan yang telah lama terpendam. Maka suatu saat nanti, jika kita bercermin, kita akan melihat diri kita sebagai seorang yang berharga.
Belum ada Komentar
Posting Komentar