Laki-laki Jangan Cengeng!
Saya ada sebuah cerita, yang saya ambil di ceramah Ustadz Khalid Basalamah.
Ada seorang laki-laki yang sudah hampir setahun tidak bekerja. Sehingga nafkah yang di berikan ke istrinya sangat minim sekali. Keluarga istrinya meminta untuk menceraikan laki-laki tersebut. Istrinya lama kelamaan juga tidak tahan. Istrinya lalu bekerja. Dalam keadaan itu ada laki-laki lain yang lebih mapan dan kaya berusaha memafaatkan keadaan rumah tangganya untuk mendekati istrinya. Dia bingung dengan keadaan itu. Karena kalau pisah, dia masih sangat mencintai istrinya. Tapi keluarga terus mendesak agar mereka berpisah terlebih ada laki-laki lain yang lebih bisa menjamin kehidupan istrinya.
Apakah anda pernah menemukan kisah tersebut di teman anda, keluarga anda, atau bahkan anda sendiri? Coba simak jawaban Ustadz Khalid Basalamah di bawah ini;
Yang pertama sekali, saya menyarankan anda, saran dari laki-laki ke laki-laki.
Prinsiplah, dan jangan merendahkan diri di hadapan wanita. Pada saat seorang wanita yang menjadi istri anda membutuhkan anda, tunjukkan kebutuhan kita 1000 kali daripada dia. Dia sayang, dip perhatian, dia siap berkorban, kita harus 1000 kali lebih hebat daripada itu. Laki-laki memang penaung, tapi kapan di balik, kapan dia tidak menunjukkan butuhkan, saya 1000 kali tidak butuh sama dia.
Untuk apa anda merendahkan diri di depan seorang wanita, yang kalau memang dia tidak bisa menjadi seorang istri. Karena kapan wanita sudah menyombongkan diri dihadapan laki-laki, tidak akan ada wibawa. Sama sekali tidak ada wibawa seorang laki-laki.
Saya bukan menyuruh anda menjadi keras.
Bukan.
Tapi saya mengajak anda untuk punya prinsip dalam hidup, wibawa, dan kepemimpinan.
Dibutuhkan kita butuh, tidak di butuhkan ya sudah. Masih banyak gantinya. Dia mau ganti laki-laki lain, silahkan. Ahlan wa sahlan. Allah akan gantikan penggantinya dengan yang lebih baik. Dan kita harus bisa punya prinsip seperti itu. Kalau ini kita terapkan dalam kehidupan kita, kita akan sangat mudah hidup. Terkadang, Subhanallah ada pengorbanan berat. Berpisah dengan meninggal, berpisah karena masalah dosa yang di lakukan oleh pasangan kita.
Jelas haram. Kalau ada seorang wanita hanya karena masalah suaminya kekurangan ekonomi mau berhubungan sama laki-laki lain, wanita macam apa ini..?! cinta itu pengorbanan, kasih sayang. Bukan hanya pada saat mampu kemudian disayang. Pada saat tidak mampu kemudian di tinggal. Subhanallah.. Hati-hati hukum Allah Subhanahuwata’ala berlaku.
Akhwat yang jadi istri,
Ikhwah yang jadi suami harus tahu,
Pasangan kita itu punya Tuhan sebagaimana kita punya Tuhan yang sama. Dan Allah itu Maha Adil.
Memang dalam kehidupan kita ada naik-turunnya. Dan makna cinta adalah pengorbanan, itu sebenarnya. Kalau kita hanya karena kantong lagi penuh kemudian disukai istri, pada saat lagi tipis, lagi masalah kemudian dia mau berhubungan denan laki-laki lain, naudzubillahimindzalik, wanita apa ini?
Kalau saya, tidak akan saya naungin.
“Kamu mau sama dia silahkan…ahlan wa sahlan, silakan selamat jalan.”
“Kalau kamu merasa ada laki-laki lain yang kamu anggap baik, atau kamu ingin memasukkan pendapat keluargamu dalam rumah tangga sehingga kedudukan saya sebagai suami tidak didengar lagi, silahkan pilih keluarga kamu.”
Jadi jangan jadikan beban, “oh nanti kalau pisah saya hidupnya bagaimana, saya melarat..” Ini kepana laki-laki seperti ini.
“Saya mati kalau gak sama dia”,
ya mati bener nanti.
“Gila kalau gak nikah sama dia, gila kalau ……”
Keluarlah dari bingkai hidup itu, karena,
Seorang muslim itu hidupnya mulia.
Dia dihormati, dia menghormati.
Dia dihina, tinggalkan.
Allah tidak menyuruh kita untuk menghinakan diri.
Wanita dalam kondisi masih status istri punya hubungan sama laki-laki lain, naudzubillahimindzalik. Mana ghirah, mana kecemburuan positif yang telah Allah perlihara dalam diri kita?
Pada saat sahabat ra. pulang ke rumahnya, mendapatkan istrinya selingkuh dengan laki-laki lain. Sahabat ini sampai kaget, masuk kerumahnya ditemukan laki-laki lain. Dia bingung mau lakukan apa. Dia pergi ke Nabi SAW lalu berkata: “Ya Rasulullah, saya pulang kerumah, istri saya lagi sama laki-laki lain.”
Maksdunya dia “pandu saya, saya harus berbuat apa nih”
Apa yang terjadi, Subhanallah Saad ra. sahabat Nabi yang mulia, menghunuskan pedang mengatakan: “Ya Rasulullah, kala terjadi pada rumah tangga saya, saya akan penggal dua-duanya.”
Disini ulama bilang, Saad ingin menghukum kalau terjadi pada keluarganya dengan penggal ini.,bukan maksudnya dia menghukum secara individu tapi maksud dia, “saya ingin terapkan hukumnya Allah, dirazam, dibunuh karena mereka sudah menikah dan berzina.”
Hukum Allah terapkan, kemuliaan agama harus ada. Harus begitu.
Tapi jika seorang istri yang mau tinggal dibawah naungan kita, sementara kita sudah berkorban dibawah terik matahari, sudah bekerja, sudah memilih dia dari sekian banyak wanita, kemudian dia mau berkorban untuk kita juga;
Hormati dia,
Junjung dia,
Lindungi dia,
Rangkul dia,
Bela dia,
Memang harus begitu.
Jika masih dalam naungan, kemudian sedikit terhimpit ekonomi lalu berhubungan dengan laki-laki lain, naudzubillahimindzalik, jangan pertahankan, berbahaya sekali. Jangan anda menjadi laki-laki lemah.
Pernah suatu ketika Ustadz Khalid di telpon 2 orang laki-laki sekaligus. Subhanallah mereka bercerita jika istrinya meninggalkan mereka karena lebih memilih untuk pulang kampung ayah dan ibunya. Dengan alasan untuk merawat orang tuanya. Akhirnya dia dan anak-anaknya ditinggal sendiri. Dan setiap kali dia panggil istrinya pualng, istrinya bilang tidak mau pulang. Dan mempersilahkan kalau mau nikah, silakan nikah lagi. Temannya itu minta saran pada Ustadz Khalid. Dengan tegas Ustadz Khalid bilang nikah lagi, kalau tidak terbuka pintu fitnah.
Perempuan itu kenapa harus pilih orang tuanya, padahal tidak boleh secara syar’i jika sudah menikah dengan laki-laki pilihannya. Sudah menerima akad nikahnya seorang laki-laki , laki-laki itu yang dinomor satukan diatas ayahnya.
Kalau suami ijinkan, boleh urus orang tuanya. Kalau tidak diijinkan, tidak boleh.
Bagaimana bisa seorang istri meninggalkan anak dan suaminya demi orang tuanya. Bahkan saat itu juga, hukum poligami sudah wajib bagi dia. Tapi dia ragu malu melangkah, seakan-akan poligami itu doa bagi dia. Padahal dia ditinggal. Bagaimana bisa ada laki-laki seperti ini, tidak punya prinsip.
Satu temannya Ustadz Khalid berbicara lagi , masalahnya sama lagi. Istrinya meninggalkan dia, sambil mau menangis. Dengan tegas Ustadz Khalid bilang, jangan nangis, laki-laki tidak boleh cengeng. Orang nangis itu di tinggal meninggal Nabi SAW, ketinggalan sholat subuh berjamaah, itu baru boleh nangis. Gak jadi jihad, nah itu nangis.
Ditinggal perempuan nangis? La ilaha ilallah…. Allah ciptakan perempuan lebih banyak daripada laki-laki.
Ini bukan menurunkan martabat perempuan ya. Artinya, seorang laki-laki itu harus punya wibawa. Kalau tidak, akan dianggap remeh nanti.
Istri itu dinaungi, dilindungi, dididik, diberikan haknya.
Berikan berlipat-lipat penghormatan, sebagaimana dia berikan satu penghormatan.
Tapi jangan sampai menginjak martabat seorang pemimpin.
Apakah istrinya mau balik sama dia dan berumah tangga lagi, apa pilih rumah orang tuanya.
Jika dia memilih orang tuanya, ucapakan salam dan segera ceraikan.
Selesai.
Jangan lama-lama.
Jika masih berat cintanya, sujud kepada Allah dan minta dihilangkan dari hati.
Sebagaimana cinta bisa datang, dan cinta bisa keluar.
Mudah itu bagi Allah.
Subhanallah, jangan terlalu mencintai dunia berlebihan.
Jika istrinya bekerja hanya karena mau bantu nafkah rumah tangga sekarang, silahkan. Selama pekerjaan dia halal, antar dia ketempat kerjanya.
Muliakan dia.
Jaga, jemput pada saat pulang.
Anda pembelanya.
Begitu.
Tapi kalau dia berhubungan dengan laki-laki lain, dan membiarkannya, dalam agama haram. Itu namanya Dayyuth.
Nabi SAW mengatakan, “Allah melaknat Dayyuth.”
Sahabat bertanya, “siapa Dayyuth itu ya Rasulullah?”
Kata Rasulullah, “laki-laki yang tidak punya rasa cemburu, terhadap pelanggaran agama yang terjadi pada istrinya.”
Makanya biasakan hati kita terisi dengan cinta kepada Allah dan bukan cinta kepada manusia. Mencintai istri karena Allah yang perintahkan, mencintai suami karena Allah yang perintahkan. Jadi semua karena Allah.
Tidak ada kata-kata hilang.
Tidak ada kata-kata rugi kalau kita meninggalkannya.
Belum ada Komentar
Posting Komentar