Marhalah Cinta
Cinta itu rasional, bukan irasional. Cinta itu sangat masuk akal. Akal tidak akan bisa menerima jika cinta tidak masuk akal. Bisakah anda mencintai seseorang yang dia itu,
kejam, suka memukul, suka mencaci, dan hitam, korengan dan bau, bisa gak? Tidak bisa, akal anda paham kan.
Cinta itu adalah akal yang berperan. Tapi yang menjadi tidak rasional adalah, disaat cinta itu tidak di tempat kan di tempat yang benar. Atau jatuh cinta, dengan cara yang salah.
Cinta itu ada 4 marhalah, mulai dari kecendrungan, kekaguman, kemudian menentukan, kemudian menjaga kelestarian cinta. Dan ini adalah bahasa-bahasa cinta. Sayangnya di maysyarakat kita belum ada kursus-kursus tentang cinta yang benar itu bagaimana.
Jadi kapan anda akan mencintai, kalau anda tidak berakal, anda tidak akan melalui proses. Adalah sebuah dusta, jika seseorang itu tiba-tiba mencintai. Setidaknya, seorang yang buta sekalipun, akan mulai jatuh cinta dengan mendengar suaranya. Kalau anda punya mata, pernah melihat. Jika, anda mencintai seseorang, tapi dimana dia, anda tidak tahu, anda gila.
Cinta itu memang pemberian dari Allah, dan dititipkan kepada kita. Bahkan jika kita tidak memiliki cinta, cukuplah seseorang itu dikatakan cacat jiwa. Kalau anda tidak mencintai, jiwa anda cacat. Harus ada cinta di setiap dari manusia. Dan cinta itu selalu di iringi dengan syahwat dengan lawan jenis. Dan bila cinta itu seiring dengan syahwat, dan di barengi syariat, itulah puncak keindahan. Syahwat dengan cinta tanpa syariat, jalan menuju kesengsaraan. Senangnya sesaat saja.
Ingat!
Cinta,
Syahwat,
Dan syariat di padu,
Maka itulah puncak keindahan.
Kalau ada seseorang yang tiba-tiba mencintai, mungkin karena dia mendengar cerita tentang seorang wanita. Dia seorang wanita sholehah, baik, dan sebagainya. Kemudian dia pernah melihat sekali saja, kemudian dia kebetulan adalah seorang laki-laki yang normal, didalam hatinya tida-tiba muncul keinginan akan menikah dengan seorang wanita, dan kelihatannya wanita ini cocok dengan sifat-sifat idaman dalam khayalannya. Tak disangka, kemudian ada seseorang wanita yang diceritakan kepadanya adalah sesuai dengan sifatnya. Maka diam-diam dia langsung bergetar hatinya. Itulah contoh karunia cinta dari Allah. Memang tiba-tiba seperti itu.
Untuk para orang tua, ajari anak anda untuk mempunyai kriteria orang yang di cintai, sebelum datang orang itu. Misal, haruslah seorang muslim yang taat, menjada sholat malam, dll. Disaat suatu ketika ada datang orang yang merayu tapi tidak sesuai dengan kriterianya, akan lewat. Jika saat ada seseorang yang sesuai dengan kriteria, mungkin dia akan jatuh cinta. Tapi jatuh cintanya dengan aturan. Sudah pasang tangga. Dia mengerti sudah ada aturan syariat. Saat ada kecendrungan dengan dia lalu berpikir. Sebab tidak mungkin cinta itu serta merta begitu saja, masih ada kecendrungan terlebih dahulu.
Cinta itu tidak ada kata tiba-tiba, “aku padamu, aku sehidup semati”, itu gila. Sebab cinta itu ada prosesnya. Dari proses kagum dalam frase umum, setelah itu cenderung mengkerucut focus ke seseorang. Setelah itu baru ambil keputusan untuk mencintai. Dan kemudian menjaga kelestarian cinta.
Dalam fase ketiga, untuk memutuskan mencintai, dilihat dulu timingnya. Mungkinkah bercinta hari ini, atau nanti. Kalau saatnya tidak tepat, secera tutup pintu itu, sebelum jatuh kedalam fitnah cinta yang menyengsarakan. Kalau sudah merasa di timing yang tepat, putuskanlah untuk menikah untuk mejaga kelestarian cinta. Atau dalam artian, cinta yang abadi. Selamanya. Dalam bahasa cinta, cinta itu dalam sehidup semati.
Jika sudah terlanjut jatuh cinta dengan proses apapun, tapi masih punya iman, nah itu yang akan mengontrol adalah syariat. Akhirnya dia akan berpikir tentang Allah. Tentang halal haramnya. Maka kerinduannya itu jangan di tindak lanjuti dengan keharamannya. Misalnya apa, tidak boleh mengkhayalkannya. Apalagi dibarengi dengan syahwat. Tapi orang yang punya iman, jika masih menginginkan yang di kasihi, dia akan tumpangi dengan doa. Dan menghindarkan diri dari komunikasi dengannya. Maka itulah yang dikatakan memerangi hawa nafsu.
Kata Imam Syafi’i dalam madzhabnya pernah berkata, jika ada orang yang mati karena manahan cinta kepada yang di cintainya, dan dia tidak mau maksiat karena cintanya, matinya mati syahid.
Rindu yang di kirim kepadamu, dan setelah itu anda tepis karena belum waktunya anda merindukan dia, maka itu jihad. Anda mendapatkan pahala, dan bukan dosa.
Rasa cinta bukan dosa, yang dosa adalah apa yang kau lakukan dibalik cinta itu. Kalau tiba-tiba orang mencintai seseorang yang bukan mahram, itu adalah pemberian dari Allah. Biarpun pakai kriteria ataupun tidak memakain kriteria. Yang dosa adalah, ketika kerinduan dan cinta membuatmu melakukan pelanggaran kepada Allah. Itu yang haram.
Misal dengan membuka pintu fitnah dengan melampiaskan rindu di jalan yang tidak halal. Membangkitkan syahwat dengan jalan yang tidak benar. Bicara kata-kata rindu yang tidak-tidak. Itu yang menjadi dosa.
Belum ada Komentar
Posting Komentar